Harga Mobil di AS Terancam Melambung Tinggi, Kebijakan Baru Ini Jadi Penyebab

Harga Mobil di AS Terancam Melambung Tinggi, Kebijakan Baru Ini Jadi Penyebab

Harga Mobil di AS Terancam Melambung Tinggi-istimewa-raselnews.com

RASELNEWS.COMAmerika Serikat baru saja menandatangani perjanjian dagang baru dengan Jepang dan Uni Eropa (EU), yang memberikan kepastian terkait kebijakan tarif.

Hanya saja di balik stabilitas itu, konsumen AS justru menghadapi risiko kenaikan harga mobil yang signifikan.

Tarif impor sebesar 15% untuk mobil dan komponen dari Jepang dan EU diprediksi dapat mendorong harga rata-rata mobil baru di AS melampaui 50.000 USD.

BACA JUGA:Honda ADV350 Produksi 2025 Sudah Bisa Dipesan! Harga Setara Mobil

Pasar keuangan AS sempat merespons positif setelah Presiden Donald Trump mengumumkan perjanjian tersebut. Tarif 15% dianggap lebih rendah dari ekspektasi awal dan menghindarkan AS dari risiko perang dagang besar-besaran.

Sebelumnya, pemerintahan Trump sempat mengancam akan menerapkan tarif jauh lebih tinggi, yang memicu kekhawatiran di kalangan pelaku usaha dan investor.

Namun, pengumuman resmi soal tarif yang lebih “lunak” ini berhasil menenangkan pasar sekaligus memberikan sinyal stabilitas kebijakan dagang AS yang selama ini dianggap tidak konsisten.

BACA JUGA:Mazda CX-5 2025 Jadi Mobil Standar Baru di Segmen SUV? Cek Kekurangannya

Meski begitu, para ahli mengingatkan bahwa beban biaya akibat kenaikan tarif kemungkinan besar akan dialihkan ke konsumen akhir.

Konsumen AS Akan Merasakan Dampaknya

Sektor otomotif menjadi salah satu industri yang paling terdampak. Mobil dan suku cadang dari Jepang serta negara-negara Eropa memiliki porsi besar dalam pasar otomotif AS. Dengan diberlakukannya tarif 15%, biaya produksi dan perakitan kendaraan pun akan naik.

BACA JUGA:Mobil SUV Keluarga Favorit, Penjualan Mazda CX-5 Tembus 1.500 Unit

Kondisi ini berpotensi mendorong harga jual mobil baru semakin tinggi. Padahal, konsumen AS tengah berharap harga mobil turun setelah sempat melonjak selama masa pemulihan pasca-pandemi. Harapan itu kini berubah menjadi kekecewaan.

Para analis memperkirakan bahwa jika tren kenaikan tarif ini meluas ke negara mitra dagang lain seperti Kanada, Meksiko, dan Korea Selatan, harga rata-rata mobil baru di AS bisa menembus angka 50.000 USD. Ini menjadi ancaman serius bagi konsumen kelas menengah.

Sebagai salah satu pasar otomotif terbesar di dunia, AS tidak memproduksi semua kebutuhan dalam negeri. Banyak mobil yang beredar di AS berasal dari Jepang, Jerman, Korea Selatan, atau dirakit di dalam negeri dengan menggunakan komponen impor.

BACA JUGA:Mobil Sedan Lynk & Co 03 Sudah Bisa Dipesan, Segini Harga Jualnya

Ketergantungan tinggi terhadap rantai pasok global membuat industri otomotif AS sangat rentan terhadap perubahan kebijakan perdagangan. Ketika tarif naik, produsen mobil cenderung menaikkan harga jual demi menjaga margin keuntungan.

Imbasnya tidak hanya terasa pada harga mobil baru, tapi juga layanan purnajual seperti servis, perbaikan, hingga penggantian suku cadang, semuanya berpotensi ikut naik.

Apa Dampaknya ke Negara Lain?

AS saat ini juga masih dalam proses negosiasi perdagangan dengan Kanada, Meksiko, dan Korea Selatan, negara-negara yang memainkan peran penting dalam rantai pasokan global otomotif.

BACA JUGA:Toyota Alih Fokus dari Mobil Listrik ke Mobil Hybrid, Pilihan Realistis di Masa Transisi

Jika pemerintahan Trump memutuskan menerapkan tarif serupa kepada mereka, harga mobil hampir pasti akan semakin mahal.

Kondisi ini bisa memaksa konsumen AS untuk mengubah kebiasaan: memilih mobil bekas daripada baru, atau beralih ke model kendaraan yang lebih murah dan minim fitur.

Di sisi lain, produsen lokal seperti Ford dan General Motors (GM) mungkin akan menikmati keuntungan jangka pendek karena produk impor menjadi kurang kompetitif.

Namun dalam jangka panjang, hambatan perdagangan seperti ini berpotensi menurunkan daya saing industri otomotif AS secara keseluruhan, serta memperlambat inovasi teknologi. (**)

Sumber: