Mobil Listrik China Membanjiri Kawasan dengan Diskon yang Belum Pernah Terjadi
BYD-istimewa-raselnews.com
RASELNEWS.COM - Setelah meledak di pasar domestik, perang harga mobil listrik (EV) China kini meluas dengan cepat ke Thailand.
Para produsen mobil China serempak meluncurkan diskon besar-besaran yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Langkah ini memang mendorong penjualan jangka pendek, tetapi juga menyingkap risiko kelebihan pasokan, menurunnya kepercayaan konsumen, serta tantangan keberlanjutan pasar mobil listrik terbesar ketiga di Asia Tenggara.
BACA JUGA:AJS Motorcycles Luncurkan JFT-125, Motor Naked Scrambler Desain Klasik dan Perlengkapan Modern
Menghadapi persaingan sengit dan kelebihan pasokan di dalam negeri, produsen EV China melihat Thailand sebagai tujuan strategis untuk memperluas pertumbuhan.
Untuk segera menarik pembeli yang sensitif terhadap harga, mereka membawa strategi “serangan cepat dengan harga murah” ke pasar ini.
BYD memangkas harga sedan listrik Seal hingga 38%, bahkan berjanji memberi kompensasi kepada konsumen jika harga kembali turun tahun ini untuk beberapa model lain.
SAIC Motor memberikan diskon 27% untuk MG4, sementara Chery mencatat hampir 20.000 pesanan untuk Jaecoo J5 sejak peluncuran dengan harga promosi, meski waktu tunggu pengiriman mencapai dua bulan.
BACA JUGA:BMW F 450 GS 'Kuda Tempur' Baru yang Menjanjikan Banyak Gebrakan
Para diler melaporkan lonjakan pengunjung. Seorang pemilik showroom BYD di Bangkok mengaku belum pernah menyaksikan periode penjualan sesibuk sekarang.
Dampak Diskon Besar terhadap Pasar Otomotif Thailand
Pemangkasan harga yang tajam mendorong penjualan mobil listrik di Thailand naik lebih dari 20% selama Oktober dan November. Tren ini juga mempercepat peralihan konsumen dari merek Jepang tradisional yang selama ini mendominasi pasar, menuju mobil listrik asal China.
Namun, di balik pertumbuhan tersebut muncul tanda-tanda tekanan. Banyak produsen mengandalkan diskon untuk menghabiskan stok dan mengejar target produksi dalam negeri sesuai ketentuan pemerintah Thailand.
BACA JUGA:Yamaha EZ115 versi 2026 Resmi Meluncur! Motor Bebek bertenaga, irit bahan bakar
Kondisi ini berisiko memicu kelebihan pasokan berkepanjangan, terutama jika konsumen menunda pembelian sambil menunggu diskon yang lebih besar di masa depan.
Menurut Asosiasi Kendaraan Listrik Thailand, penurunan harga yang terus-menerus melemahkan kepercayaan pasar, apalagi di tengah perlambatan ekonomi dan pengetatan kredit kendaraan oleh perbankan.
Pemerintah Thailand pun memperpanjang tenggat pemenuhan kewajiban produksi lokal selama enam bulan dan memperpanjang masa pendaftaran subsidi pembelian. Kebijakan ini mencerminkan kekhawatiran yang meningkat terhadap risiko kelebihan pasokan, masalah yang sebelumnya membuat banyak produsen EV kecil di China tersingkir dari pasar.
Beberapa merek mulai menghadapi kesulitan. Neta menjadi contoh nyata karena kesulitan memenuhi target produksi, sementara perusahaan induknya di China terjerat proses kebangkrutan.
BACA JUGA:Kia Seltos Generasi Terbaru Muncul, Berubah Signifikan dan Tampil Lebih Muda
Sejumlah diler bahkan terpaksa menjual mobil tanpa laba atau merugi demi mempertahankan volume penjualan. Selain itu, layanan purnajual yang kurang memadai dan penurunan harga yang sangat cepat membuat banyak konsumen kecewa, khawatir nilai kendaraan anjlok drastis hanya dalam waktu singkat.
Reaksi Konsumen dan Pasar terhadap Gelombang Diskon
Di media sosial, banyak pemilik mobil listrik mengeluhkan penurunan nilai hingga 20% hanya dalam satu bulan. Ada pula kasus di mana sisa cicilan mobil bekas lebih tinggi daripada harga mobil baru saat ini. Cerita-cerita seperti ini membuat calon pembeli semakin berhati-hati.
Sebagian konsumen mengaku tertarik beralih ke mobil listrik, tetapi menunda keputusan karena khawatir harga akan terus turun. Hal ini menciptakan lingkaran setan, diskon diberikan untuk mendorong permintaan, tetapi semakin besar diskon justru membuat pembeli menunggu.
BACA JUGA:5 Mobil Bekas Rp50 Jutaan Terbaik 2025 yang Nggak Bikin Pusing Saat Dirawat
Sejak 2022, Thailand menerapkan paket subsidi besar untuk mengembangkan industri mobil listrik, termasuk bantuan hingga 150.000 baht per unit dengan syarat produsen harus memenuhi komitmen produksi lokal. Selain itu, ada subsidi tambahan hingga 100.000 baht untuk mobil dengan harga di bawah 2 juta baht hingga tahun 2027.
Namun, insentif ini disertai kewajiban ketat jika target produksi tidak tercapai, perusahaan harus mengembalikan subsidi.
Dalam dua bulan terakhir tahun ini saja, produsen EV di Thailand harus memproduksi sekitar 30.000 unit untuk memenuhi ketentuan tersebut.
Produsen China telah berinvestasi besar dalam kapasitas produksi di Thailand, dengan pabrik yang mampu menghasilkan ratusan ribu unit per tahun.
BACA JUGA:Zontes 368E: Skuter Bongsor Baru di Vietnam, Harga 125 Juta Rupiah
Sumber: