RASELNEWS.COM - Tahun lalu, dunia diguncang krisis pangan yang signifikan.
Pada tahun ini, krisis ini diperkirakan masih akan menghantui dunia, terutama karena dampak perubahan iklim terjadinya fenomena El Nono dan musim kemarau yang terjadi sejumlah negara di dunia. Harga pangan termasuk beras terus meningkat.
BACA JUGA:Dampak El Nino, Produksi Kopi Bengkulu 2024 Diprediksi Turun, Namun Harga Masih Tinggi
BACA JUGA:Fakta Unik Gunung Luhur Tempat Wisata di Indonesia, Berjuluk Negeri di Atas Awan, Antrean Pengunjung 7 KM
Selain fenomena el nino dan kemarau, perang antara Rusia dan Ukraina yang meletus pada akhir Februari 2022 telah membawa dampak serius terhadap pasokan energi dan pangan di seluruh dunia.
Peran besar yang dimainkan oleh Rusia dan Ukraina dalam rantai pasokan global untuk pangan dan energi membuat dunia menjadi rentan terhadap dampak konflik tersebut.
BACA JUGA:Bermain Game Bisa Datangkan Cuan, Berikut Permainan Yang Bisa Hasilan Uang di Traveloka, Gratis
Selain itu, perang juga mengganggu lalu lintas perdagangan internasional, yang berdampak pada lonjakan harga berbagai komoditas pangan dan energi, termasuk batu bara dan minyak kelapa sawit.
Indeks Pangan Badan Pangan Dunia (FAO Food Index), yang mencatat pergerakan harga pangan global, mencapai rekor tertingginya pada April 2022, mencapai angka 156,3. Akibatnya, inflasi harga pangan melonjak secara tajam, termasuk di Indonesia.
BACA JUGA:Fakta Menarik Mercedes-Benz 300, Dinobatkan Jadi Mobil Termahal di Dunia 2023, Segini Harganya
BACA JUGA:5 Mobil Termahal di Dunia, Ada yang Sampai 2 Triliun, Ini Daftar Mobil Termahal di Dunia
Inflasi pada kelompok pangan mencapai 2,51 persen (month to month/mtm) dan 10,07 persen (year on year/yoy), mencapai level tertinggi sejak Desember 2014, atau selama 7,5 tahun terakhir.
Akibat kenaikan harga pangan yang signifikan, banyak negara bahkan mengambil langkah ekstrem dengan melarang ekspor komoditas pangan andalan mereka.
BACA JUGA:Kartu Prakerja 2023 Gelombang 62 Dibuka, Pendaftaran Secara Online, Simak Syarat dan Caranya
BACA JUGA:Astaga! Remaja 17 Tahun di Bengkulu Selatan Mengaku Digilir 6 Pria Saat Pingsan
Tindakan ini diambil untuk menjaga pasokan di dalam negeri dan meredam tingkat inflasi.
Beberapa negara, seperti Indonesia yang melarang ekspor minyak kelapa sawit mentah, India yang menghentikan ekspor gandum dan beras.
Kemudian Argentina yang melarang ekspor minyak kedelai, dan Rusia yang melarang ekspor gula dan minyak biji matahari.
Akibatnya semuanya merasakan dampak serius dari krisis pangan tahun 2022.
BACA JUGA:Personel TMMD Kodim 0408 Bengkulu Selatan/Kaur Bersihkan Masjid
BACA JUGA:Kementerian Perdagangan Butuh 149 PPPK 2023, Segini Gaji yang Diterima
Malaysia juga menghentikan ekspor ayam, Iran menghentikan ekspor roti dan terong, serta Mesir menghentikan ekspor jagung.
Semua tindakan ini mencerminkan seberapa parahnya krisis pangan pada tahun 2022.
Situasi ini semakin memburuk karena dampak perubahan iklim yang parah.
BACA JUGA:KPK Buka Lowongan CPNS 2023, Gaji Tembus Puluhan Juta, Simak Syaratnya
BACA JUGA:Rencana Pembatasan Pembelian BBM Pertalite Semakin Menguat
India mengalami gelombang panas yang hebat pada musim panas tahun lalu, sementara Pakistan dilanda banjir. Sejumlah wilayah di Indonesia dilanda kemarau tahun ini yang mengakibatkan sebagian besar lahan pertanian gagal panen.
Kondisi ini telah menyebabkan penurunan pasokan pangan global, meningkatkan krisis pangan tahun 2023.
Menurut laporan 2023 Global Report on Food Crises dari World Food Programme, sebanyak 258 juta orang di 58 negara atau wilayah hidup dalam krisis pangan atau rawan kelaparan yang parah. Jumlah ini meningkat sebanyak 123 juta orang dibandingkan tahun 2019.
BACA JUGA:BREAKING NEWS: Giliran Tambak Udang di Desa Bakal Makmur Disegel Pemkab Kaur