RASELNEWS.COM - Mesin tangguh dan bahan bakar yang irit tak menjadi mobil tersebut bisa bertahan dan menarik hati konsumen.
Hal itulah yang dialami Isuzu Panther. Meskipun sudah terjual 500 ribu unit, mobil ini akhirnya tumbang. Padahal hemat, tangguh, dan berpenampilan macho.
Mengapa Isuzu Panther gagal? Sebagiaman diketahui, Panther sebuah mobil yang terkenal irit bertenaga dengan desain kokoh.
BACA JUGA:Desain Mewah, Mobil Ini Tetap Tak Laku di Indonesia, Ada Isuzu, Suzuki, Hingga Toyota
Namun, mengapa Panther tidak lagi berhasil dipasarkan? Salah satunya adalah mesin diesel lawasnya yang tidak memenuhi standar emisi Euro 4.
Meskipun Panther telah terjual lebih dari 500.000 unit sebelum dihentikan, keberlanjutan penjualannya terhambat oleh kendala emisi ini. Mesin diesel yang kurang ramah lingkungan menjadi satu faktor penentu.
Meskipun penjualan Panther sebelumnya cukup mengesankan, ketidaklakuannya terkait dengan beberapa faktor.
BACA JUGA:Isuzu Kenalkan MU-X 4x4, SUV Medium Ladder Frame Generasi Terbaru, Siap Libas Medan Berat
Salah satunya adalah kekurangan fitur pada mobil tersebut. Meskipun memiliki keunggulan seperti irit dan bertenaga, fitur standar yang ditawarkan pada Panther Grand Touring pada tahun 2019 terbilang minim, dengan ketiadaan fitur-fitur modern seperti ABS, EBD, airbag, dan pemutar audio berteknologi tinggi.
Selain itu, tampilan kabin Panther dinilai tidak mengikuti perkembangan zaman. Desain interior yang terkesan kuno, dengan tuas-tuas dan speedometer yang tidak mengikuti tren modern, membuatnya kalah bersaing di pasar yang senantiasa menuntut inovasi dan peningkatan.
BACA JUGA:Isuzu Ngamuk, Luncurkan Generasi Terbaru MU X 3000 CC, Siap Singkirkan Fortuner dan Pajero
Faktor lain yang memengaruhi ketidaklakuannya adalah fokus pabrikan Isuzu yang beralih dari Panther ke kendaraan niaga.
Dengan meningkatnya persaingan di pasar otomotif, Isuzu memutuskan untuk memusatkan perhatian pada segmen niaga, seperti yang terlihat pada kesuksesan Isuzu L300.
Meskipun Panther memiliki kelebihan dalam ketangguhan, kekuatan, dan efisiensi bahan bakar, kurangnya peningkatan fitur dan desain modern membuatnya kalah daya tarik di mata konsumen yang selalu mencari inovasi dan perkembangan.
Dengan demikian, Isuzu memilih untuk menghentikan produksi Panther dan fokus pada segmen kendaraan niaga yang lebih potensial.
Mungkin keputusan ini bisa dimaklumi mengingat perkembangan dinamis dalam industri otomotif, di mana keinginan konsumen selalu berubah seiring waktu.
Meskipun Isuzu Panther memiliki sejarahnya sendiri dan masih memiliki penggemar setia, kesulitan bersaing dengan pesaing yang terus berinovasi akhirnya mengantarkan mobil ini keluar dari pasar hingga akhirnya tumbang. (and)