RASELNEWS.COM - Djibouti, sebuah negara kecil di Afrika Timur, dikenal sebagai salah satu negara dengan cuaca paling panas di dunia.
Negara ini mengalami iklim subtropis yang panas dan gersang, dengan suhu harian rata-rata berkisar antara 32 hingga 41 derajat Celsius sepanjang tahun.
Selain suhu yang ekstrem, Djibouti juga menghadapi kesulitan serius dalam mengakses air bersih baik untuk minum maupun mandi, sehingga mandi menjadi sesuatu yang istimewa di negara ini.
BACA JUGA:Meski Milik Australia, Pulau Ini Ternyata Dihuni Orang Keturunan Indonesia Melayu Campuran Jawa
Penduduk Djibouti memiliki kebiasaan berbicara dengan volume yang sangat pelan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kehilangan cairan tubuh akibat penguapan yang terjadi saat berbicara dengan volume keras.
Dengan berbicara pelan, mereka berupaya menjaga kelembapan tubuh dan mengurangi risiko dehidrasi di tengah kondisi yang sulit untuk mendapatkan air bersih.
Akses air tawar di Djibouti terhambat oleh faktor geografis dan lingkungan. Kurangnya sumber air permukaan seperti sungai atau danau, ditambah dengan dominasi tanah gurun pasir yang mencakup sekitar 90 persen wilayah negara ini, berkontribusi pada tingginya penguapan air dan rendahnya curah hujan.
Hujan yang jarang dan tidak merata membuat cadangan air alami sulit untuk diperbaharui dengan cepat. Minimnya pasokan air tawar memaksa penduduk di Negara Djibouti untuk melakukan pengeboran sumur dan pengumpulan air hujan sebagai cadangan, dibandingkan harus membeli air tawar dengan harga yang sangat mahal.
Kekurangan air bersih ini telah mendorong munculnya bisnis jual beli air, di mana orang-orang dapat membeli air dalam jumlah tertentu guna memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti minum, memasak, atau mandi.
Di tengah keterbatasan akses air, Djibouti memiliki Danau Asal yang terkenal, terletak di cekungan tektonik di Lembah Rift Afrika Timur.
BACA JUGA:Cina Hebohkan Pasar Otomotif Eropa, Hadirkan Mobil Listrik Canggih Harga Murah
Danau ini berada sekitar 155 meter di bawah permukaan laut, menjadikannya wilayah terendah di dunia.
Namun, Danau Asal memiliki tingkat keasinan yang sangat tinggi, bahkan kadar garamnya lebih tinggi sepuluh kali lipat dibandingkan air laut.
Air di danau ini tidak cocok untuk diminum atau digunakan dalam kegiatan sehari-hari, karena tingkat keasinan yang ekstrem dapat menyebabkan rasa gatal dan luka bakar pada kulit.
Penduduk yang tinggal di sekitar Danau Asal hidup dalam keadaan miskin, meskipun danau ini digadang-gadang sebagai ikon wisata Djibouti.
BACA JUGA:Fakta Menarik Guinea, Negara yang Menjadi Lawan Indonesia di Playoff Olimpiade Paris 2024
Hal ini menunjukkan ironi yang sering terjadi di berbagai wilayah di dunia, di mana potensi wisata yang menarik dan bisa menjadi sumber ekonomi tidak selalu memberikan manfaat langsung bagi masyarakat lokal karena berbagai faktor seperti kemiskinan dan ketidakmerataan sosial.
Djibouti terletak di Afrika Timur, tepatnya di wilayah Tanduk Afrika. Negara ini berbatasan dengan Somalia, Ethiopia, dan Eritrea serta berada di sepanjang garis pantai Laut Merah dan Teluk Aden.
Djibouti memiliki populasi sekitar 1,106 juta penduduk dengan dua bahasa resmi, yaitu bahasa Arab dan bahasa Prancis.