RASELNEWS.COM - Tren kendaraan listrik saat ini sedang populer di dunia, termasuk di Indonesia. Di tanah air, kendaraan listrik, baik roda dua maupun roda empat, kini sudah mudah ditemui di jalan.
Namun, masih banyak masyarakat yang khawatir untuk beralih ke kendaraan listrik.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Price Waterhouse Cooper Indonesia pada Juni hingga September 2023, mayoritas responden (87%) khawatir dengan biaya penggantian baterai jika memiliki kendaraan listrik.
BACA JUGA:Mobil Listrik Bekas Tak Laku di Pasaran, Padahal Sudah Dijual Murah, Nih Penyebabnya
Baterai adalah komponen paling mahal dan penting dalam kendaraan listrik, yang berkontribusi sekitar 35 hingga 40 persen dari total harga mobil listrik.
Harga baterai kendaraan listrik memang tidak murah. Sebagai contoh, baterai mobil Wuling Air EV dengan kapasitas 17,3 kWh bisa mencapai Rp100 juta.
Hal serupa juga berlaku pada baterai Hyundai Ioniq 5 yang berkisar antara Rp300 hingga Rp400 juta.
BACA JUGA:Bersaing Segmen Mobil listrik premium, Volvo EX90 dibanderol Segini
Namun, beberapa produsen mobil listrik kini telah memberikan garansi baterai dalam jangka panjang, mulai dari 8 hingga 10 tahun.
Bahkan ada yang seumur hidup dengan syarat dan ketentuan tertentu, seperti hanya berlaku untuk pemilik pertama, baterai harus dirawat di bengkel resmi, dan kerusakan akibat kecelakaan, kelalaian, atau bencana alam tidak ditanggung.
Contohnya, Wuling memberikan garansi baterai seumur hidup untuk model terbaru mereka, Bingo I, dengan varian 410 km yang mendapatkan opsi garansi seumur hidup.
BACA JUGA:Mobil Listrik Asal Cina Masuk Lagi Indonesia, Lebih Mewah dari Innova, Harga Setara Avanza
Selain Wuling, beberapa merek lain seperti Neta V, MG4 EV, dan Chery Omoda E5 juga menawarkan garansi seumur hidup untuk baterai mereka.
Baterai mobil listrik umumnya menggunakan jenis litium-ion, sama seperti yang digunakan pada ponsel atau laptop. Seiring waktu, kinerjanya akan menurun, proses yang dikenal sebagai degradasi.
Faktor eksternal seperti suhu sangat memengaruhi usia baterai. Suhu panas yang berlebihan dapat mempercepat degradasi, sementara suhu terlalu dingin mengurangi kapasitas penyimpanan energi.
BACA JUGA:Mobil Terlaris Juli 2024: Toyota Innova Terdepan, BYD Mobil Listrik Paling Diminati
Sebuah studi oleh Recurrent, perusahaan yang fokus pada data dan kesehatan baterai, menemukan bahwa jarak tempuh kendaraan listrik menurun rata-rata 30% selama musim dingin 2022-2023 di Amerika Serikat. Namun, iklim tropis Indonesia yang relatif stabil membantu menjaga performa baterai agar tetap optimal.
Gaya mengemudi juga berpengaruh pada daya tahan baterai. Mengemudi agresif dan dengan kecepatan tinggi menguras baterai lebih cepat, sedangkan mengemudi tenang dan menggunakan fitur regeneratif saat mengerem dapat memperpanjang umur baterai.
Selain itu, jumlah siklus baterai juga menjadi faktor penting. Satu siklus baterai dihitung dari penggunaan penuh hingga kosong, lalu diisi kembali.
BACA JUGA:Hyundai Kona Electric: Mobil Listrik dengan Jarak Tempuh 600 KM Sekali Ngecas
Kendaraan listrik menggunakan banyak sel baterai, dan semakin banyak sel yang rusak, kapasitas penyimpanan energi akan berkurang.
Untuk memperkirakan usia baterai, kita bisa menghitung siklus baterai berdasarkan jarak tempuh harian. Sebagai contoh, jika jarak tempuh rata-rata harian adalah 50 km, dalam setahun mobil listrik akan menempuh 18.250 km.