Cuaca Buruk, Nelayan Tak Melaut

Cuaca Buruk, Nelayan Tak Melaut

NASAL - Gelombang tinggi yang terjadi dalam beberapa hari terakhir, membuat para nelayan terpaksa menghentikan aktivitas melaut mereka. Apalagi, ombak besar terkadang sampai ke pemukiman warga di pesisir pantai.

Salah seorang nelayan Desa Merpas Kecamatan Nasal, Paizul (37), mengaku dua hari terakhir ini bersama rekan-rekan sesame nelayan, belum berani menurunkan perahu. “Sudah dua tidak melaut karena badai yang terjadi. Perahu terpaksa kami tambatkan di pantai,” ungkap Paizul, Selasa (1/6).

Nelayan lainnya, Boby (33), mengaku sempat memaksakan melaut. Akhirnya, perahu yang digunakannya sempat tergulung ombak. Namun kejadian yang sudah dekat dengan bibir pantai membuatnya berhasil selamat. “Peralatan juga bisa kami selamatkan. Kondisi laut memang kurang bersahabat,” ujarnya.

Boby menyebut tingginya gelombang laut membuat para nelayan kehilangan mata pencarian. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, Boby mengaku terpaksa mencari pekerjaan lain sampai kondisi laut kembali stabil. “Meski memaksa melaut, kami tidak berani terlalu jauh. Kondisi cuaca belum mendukung,” sambungnya.

Pantauan Rasel, lokasi Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa Merpas, Pelabuhan Linau dan Pasar Lama yang biasanya ramai, menjadi sepi dan hanya dipenuhi perahu nelayan yang tertambat. Akibatnya, harga ikan terus merangkak naik. Di tingkat penjual, ikan tongkol yang biasanya Rp 20 ribu per kilogram, naik menjadi Rp 30 ribu.

“Kalau biasanya harga ikan ini paling mahal Rp 30 ribu per kilo, sekarang sudah di atas Rp 40 ribu. Itu juga sulit dicari karena banyak nelayan yang tidak turun melaut,” ungkap Pendi (37), penjual ikan di Pelabuhan Linau.

Terpisah, Plt Kepala Dinas Perikanan Kaur, Hendris, SE, MM, tetap mengimbau nelayan untuk tidak memaksakan diri melaut saat terjadi gelombang tinggi. “Untuk nelayan yang perahunya kecil, kami imbau supaya tidak melaut dulu. Jangan memaksakan diri karena risikonya besar,” imbaunya. (jul)

Sumber: