Ini Tiga Rencana Hilirisasi Industri Indonesia

Ini Tiga Rencana Hilirisasi Industri Indonesia

RASELNEWS.COM, BENGKULU SELATAN - Proses hilirisasi industri menjadi langkah yang harus diambil Indonesia untuk meningkatkan perekonomian nasional. Indonesia yang dikenal sebagai negara pengekspor barang mentah harus mampu menjadi negara industri yang menghasilkan produk bernilai ekspor.

Hal itu disampaikan Menteri Koordinasi Maritim dan Investasi (Marves) Luhut B. Pandjaitan dalam diskusi daring melalui aplikasi webinar Zoom bersama ratusan Pemimpin Redaksi (Pemred) yang bernaung di bawah Disway Nasional Network, kemarin (10/1). Luhut mengklaim program hilirisasi industri mampu menjaga kestabilan ekonomi Indonesia di tengah pandemi Covid-19.

“Hilirisasi tahap awal, mampu meningkatkan ekspor hingga 21 bilion (miliar) dolar dalam kurang dari 3 tahun. Indonesia di 2021 kini peringkat 6 top ekspor besi dan nikel di dunia,” ungkap Luhut memulai presentasinya didampingi dua Deputi, Septian Hario Seto dan M. Firman Hidayat.

Untuk mencapai negara industri, Luhut menyebut tiga langkah yang akan diambil dalam hilirisasi industri. Yakni membangun basis industry bernilai tambah tinggi untuk mendukung digitalisasi ekonomi yang semakin pesat dan tren green economy. Industri tersebut antara lain semikonduktur/chip dan ekosistemnya, EV, serta software engineering.

Mengalokasikan sumber energy rendah emisi (green) untuk industry-industri bernilai tambah tinggi. Serta membentuk talent poll yang berkualitas melalui program penjaringan lulusan S1 jurusan teknik dan sins untuk kemudian diarahkan bekerja pada perusahan2 kelas dunia di bidang teknologi.

“Ada kelemahan kita selama ini, tidak memiliki database WNI yang bekerja di luar negeri. Nanti setelah ada databasenya, kita akan tarik warga yang bekerja di luar negeri untuk meningkatkan kualitas industri kita,” tambah Luhut.

Konsep green energy (energi terbaru yang dapat diperbarui) menjadi modal dasar Indonesia untuk dapat maju menjadi yang terbaik. Pasalnya Indonesia memiliki cadangan energi besar yang didukung dengan harga murah. “Indonesia akan banyak memainkan peran penting karena memiliki green energy, cadangan dukungan dan harga yang lebih murah,” tegas Luhut.

Ke depan juga dipertimbangkan untuk pengembangan potensi produk polysilicon. Di sektor ini, Indonesia memiliki setidaknya dua peluang. Yang pertama bahan baku polysilicon adalah kuarsa yang banyak tersedia di Indonesia. Kuarsa ini kemudian diproses menjadi silicon metal untuk kemudian diproses lebih lanjut guna menghilangkan impurities atau bahan pengotor dan menjadi polysilicon.

Proses menghilangkan impurities tersebut melibatkan banyak energi listrik. Oleh karena itu, harga listrik dan emisi karbon yang dihasilkan akan menentukan competitiveness dari polysilicon yang dihasilkan. Peluang inilah yang ingin ditangkap karena Indonesia memiliki sumber green energi yang besar dan harga yang kompetitif.

Untuk itu, Luhut mengingatkan bahwa Indonesia merupakan bangsa yang besar. “Jika hanya saling menyalahkan dan mencari kesalahan, maka kita hanya akan jalan di tempat. Ayo kita satu padu, semua menjadikan Indonesia lebih bagus ke depan. Apa yang kita dapat hari ini, semua adalah kerja bersama sebagai tim," demikian Luhut.

Kegiatan webinar bersama Menko Maritim dan Investasi ini merupakan kegiatan pra launching jaringan Disway National Network yang membawahi ratusan koran, cetak maupun online, yang ada di Indonesia. Rencananya launching secara resmi akan digelar pada April 2022 mendatang.

Kembangkan Wisata Medis

DALAM webinar yang juga disebutkan Komisaris WSM Dahlan Iskan sebagai pra peluncuran Disway Nasional Network, Menko Marves Luhut B Pandjaitan juga membeberkan rencana pengembangan rumah sakit (RS) internasional di Bali. Luhut menyebut rumah sakit menjadi sektor pendukung ekonomi yang tidak dapat dipandang sebelah mata.

Pengembangan pariwisata medis juga didukung tingginya permintaan layanan kesehatan yang berkualitas dari dalam negeri. Berdasarkan rilis Bank Dunia pada 2018, sekitar 60 persen turis medis di Malaysia berasal dari Indonesia. Sedangkan di Singapura, sekitar 45 persen turis medis merupakan berasal dari Indonesia. Hal ini disebut Luhut membuktikan pentingnya layanan rumah sakit bertaraf internasional.

Kemenko Manves mencatat ada 10 wilayah utama di mana pengeluaran outbond merupakan yang tertinggi untuk wisata medis di masa depan. Yakni Jakarta, Medan, Bali, Riau, Kepulauan Riau, Balikpapan, Samarinda, Makasar, Palu dan Palembang. Namun riset yang dilakukan Roland Berger, menyebut Jakarta, Medan dan Bali sebagai kota yang berpotensi dijadikan sebagai hub wisata medis di Indonesia.

Untuk itu, Kemenko Manves menyebut pengembangan wisata medis di Bali sangat memungkinkan melihat potensi yang ada. Selain pengobatan konvensional, Bali juga memiliki banyak pengobatan alternatif seperti akupuntur, pengobatan hipnotis dan alternative wisata penyembuhan atau kesehatan alami lannya yang ramai dikunjungi oleh wisatawan di Bali.

Sebagian besar wisata medis di Bali berada di Ubud. Namun telah menyebar hingga daerah Canggu hingga Bali bagian utara. Dari itu, Kemenko Manves merencanakan lima langkah untuk masuk ke dalam rumah sakit internasional di Bali. Yakni fokus kepada layanan kesehatan yang khusus dan terjangkau. Menjalin kerja sama dengan pemain lokal. Serta dimulai di kota dengan daya beli dan gap permintaan-penawaran yang tinggi.

Lalu melakukan rekruitmen dokter berkualitas. Lahkahnya, melakukan kerja sama dengan universtias untuk fasilitasi penelitian dokter dan peluang pendidikan khusus. Serta menyediakan perlatan dan pelatihan berkualitas tinggi. Terakhir yakni manajemen modal kerja dan pemantauan bed turnover (frekuensi pemakaian tempat tidur).

“Sebenarnya kita mulai menjajaki kerja sama dengan universitas rumah sakit terkemuka di Amerika. Tapi pihak mereka meminta agar tidak diekspos terlebih dahulu. Setidaknya bukan dari mulut pemerintah,” beber Luhut. Untuk itu, Kemenko Marves sudah membuat rencana pengembangan KEK Pariwisata Medis Sanur Bali yang diperkirakan mencapai area total seluas lebih dari 41 hektar. KEK Sanur akan melalu berbagai tahapan, mulai dari pengembangan rumah sakit dan renovasi hotel, hingga pngembagan kawasan yang mampu menarik kunjungan pengunjung.

Dalam perencanaan konstruksi jangka pendek, akan dilakukan pembangunan rumah sakit dan renovasi hotel dengan jangka waktu 2021-2023. Lalu 2024-2025 atau rencana jangka menengah dengan melakukan ekspansi layanan dan fasilitas. Serta untuk rencana jangka panjang agar rumah sakit internasional ini dapat memberikan layanan penuh.

“Semua ini akan dapat terlaksana dengan kerja sama beberapa pihak. Meskipun wacana hilirasi industri ini awalnya banyak mendapat bulian. Tapi inilah yang harus dilaksanakan Indonesia untuk dapat maju,” tegas Luhut. (sak)

Sumber: