Belum Serah Terima, Kusen Gedung BLK Sudah Keroposan

Belum Serah Terima, Kusen Gedung BLK Sudah Keroposan

RASELNEWS.COM, BENGKULU SELATAN - Proyek pembangunan dengan anggaran besar yang pengerjaannya asal jadi kembali ditemukan di BS. Setelah proyek rehab berat bangunan Puskesmas Sulau di Desa Air Sulau, Kecamatan Kedurang Ilir. Kini, rehab dua gedung utama di UPTD Balai Latihan Kerja (BLK) BS yang terkesan amburadul.

Rehab gedung yang menelan anggaran hingga Rp 480 juta itu sudah ditemukan sejumlah titik bangunan yang rusak. Padahal pengerjaannya baru dimulai pertengahan Oktober hingga Desember tahun lalu. Serah terima bangunan juga belum dilakukan.

Pantauan Rasel Rabu (18/1) siang, di dalam ruang Kantor BLK BS. Setidaknya ada tiga titik kusen bangunan yang sudah keropos. Bagian luar kusen hanya nampak bagus karena dilapisi cat kayu, setelah dipegang kayu kusen tersebut malah rontok dan terdapat banyak rayap di dalamnya.

Kemudian, kejanggalan pengerjaan proyek yang nampak secara kasat mata juga terjadi pada dinding bangunan di ruang kerja Kepala BLK BS. Meski baru diplester, dinding bangunan sudah retak parah dan terancam roboh. Disamping itu, pada bagian WC Kepala BLK BS tidak dipasangi daun pintu. Alhasil, kesan pertama kali masuk ke ruang Kepala BLK BS langsung disambut dengan pemandangan kloset WC yang putih kecoklatan.

Belum sampai disitu, pada bagian gedung kedua juga pembangunannya amburadul. Lantai dalam gedung lebih rendah daripada lantai sisi depan ruang tersebut. Sehingga, saat hujan deras otomatis air bakal masuk ke dalam ruangan dan membuat fasilitas pembelajaran BLK tergenangi air. Disamping itu, pada bagian atap teras bangunan tidak dipasangi plafon. Sehingga, memudahkan orang luar untuk masuk ke dalam ruang belajar dan berdampak pada hal yang tidak diinginkan.

Saat dikonfirmasi, Kepala BLK BS, Lukman Nulhakim, SE membenarkan bahwa proyek rehab gedung di UPTDnya itu terkesan amburadul. Lukman juga menyesalkan bahwa sejak awal proyek dikerjakan, para pekerja dan kontraktor tidak pernah memasang papan merk proyek. Sehingga, pihaknya juga tidak mengetahui CV mana yang mengerjakan proyek asal jadi itu.

“Akhir tahun 2021 dulu kami mendapatkan info dari Disnaker Provinsi Bengkulu, bahwa dua gedung kami bakal mendapat bantuan rehab. Informasi itu ternyata benar dan tiba di bulan Oktober ada tim konsultan yang cek ke sini (BLK),” ujar Lukman.

Setelah pengecekkan berlangsung, lalu tim konsultan yang berasal dari Bengkulu pulang membawa berkas dan catatan hasil survei lapangan. Tak lama setelah itu, kata Lukman. Datang pihak kontraktor untuk memulai pengerjaan proyek. “Nah sewaktu tim kontrantor tiba, mereka tidak lebih dulu memperkenalkan diri mereka dari mana. Tapi mereka minta izin untuk merehab gedung, ya kami persilahkan saja karena itu memang harapan kami,” jelasnya.

Setelah proyek berjalan sekitar satu bulan, pihaknya mulai curiga dengan cara pengerjaan para tukang di gedung UPTD BLK tersebut. Dimana, para tukang lebih sering bekerja di malam hari. Kemudian, beberapa titik bangunan yang seharunya di ganti atau rehab malah dicat ulang saja. Lebih mirisnya lagi, ketika petugas BLK BS menanyakan prosedur dan pemaksimalan kegiatan proyek. Malah pihak kontraktor terkesan menutup diri.

“Walaupun menerima bantuan dan dikerjakan full pihak ketiga, ini kan juga setatusnya gedung BLK dan ada hak kami untuk mengontrol. Tapi, tukang tetap fokus pada kegiatannya dan kami juga mempercayakannya sampai kegiatan usai. Namun, hasilnya malah jadi begini dan kami agak kecewa. Padahal, info yang kami dapat dananya hampir setengah miliar,” keluh Lukman.

Dirinya juga mengeluhkan situasi kebersihan sampah pasca kegiatan proyek berlangsung. Setelah proyek selesai, sampah material bekas bangunan berserakan di depan BLK BS. Padahal itu kewajiban kontraktor untuk membersihkan. Karena tidak juga ada tanggapan selama bulan Januari, akhirnya petugas BLKlah yang membersihkan sampah tersebut.

“Akhirnya kami menilai bahwa tim kontraktor ini seperti jailangkung, dimana tim kontraktor datang tiba-tiba dan pergi begitu saja. Ini kan tidak baik dan harusnya mereka lebih bertanggung jawab,” sambung Lukman.

Untuk itu, dirinya berharap agar tim pengawas dari Disnakertrans Provinsi Bengkulu agar turun langsung mengecek kondisi bangunan tersebut. Pasalnya, bangunan itu sangat tidak layak untuk dihuni apalagi digunakan untuk kegiatan belajar mengajar peserta didik BLK.

“Tolonglah tim dari Disnaker Provinsi Bengkulu untuk cek ke sini secara langsung. Silahkan lihat situasi pembangunan di sini. Karena sangat disayangkan anggaran sebesar itu, namun hasil pembangunannya sangat minim. Jangan sampai, nanti kedepan bangunan ini tidak bertahan dan kembali rusak,” demikian Lukman. (rzn)

Sumber: