Nasib Pedagang di Tengah Pandemi Covid-19

Nasib Pedagang di Tengah Pandemi Covid-19

Dagangan Tak Habis, Pembeli Menurun Drastis

Pandemi covid-19 telah mengubah segalanya. Tak luput pula aktivitas para pedagang yang sehari-hari menggantungkan mata pencariannya dengan berjualan. Adanya pandemi membuat barang jualan sepi pembeli. Sehingga berimbas pada penghasilan harian yang didapat. Tak sedikit pedagang yang memilih berhenti berjualan.

Laporan: REZAN OKTO WESA

SEJAK pandemi virus corona merebak, pemerintah pusat langsung mengeluarkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro dengan tujuan untuk membatasi mobilitas warga, agar covid-19 tidak semakin menyebar. Namun, kondisi ini justru berpengaruh bagi perekonomian masyarakat. Salah satunya aktifitas para pedagang nasi di Tebing Kayu Arau Air Nelengau Kecamatan Manna.

Diceritakan Christina (28) atau akrab disapa mak Vallen, salah satu pemilik warung nasi Air Nelengau. Sejak pandemi covid-19 merebak penghasilan yang ia dapat berkurang drastis. Bahkan, barang dagangan banyak tidak habis dan kembali dibawa pulang ke rumah. Akibatnya, perekonomian keluarga semakin goyah dan hutangpun terpaksa menjadi solusi jangka pendek.

“Kalau sebelum pandemi, biasanya per hari itu ada 40 sampai 60 pelanggan yang berkunjung. Tapi, sekarang sangat sedikit. Per hari paling 10 orang atau mentok 15 orang saja,” ujarnya saat ditemui Rasel di warungnya siang kemarin (9/2).

Dengan kondisi seperti itu. Tentu pengeluaran alias modal tidak sebanding dengan pemasukkan. Alhasil, ia memilih berdagang dengan hari-hari tertentu saja. Misalnya hari Senin, Rabu dan Kamis. Jika dipaksa berjualan tiap hari, khawatir barang dagangan malah mubazir tidak habis.

“Padahal inilah usaha utama kami, dengan berjualan bisa menyekolahkan anak sekaligus membayar cicilan bank. Kalau tidak berjualan, maka penghasilan sangat berkurang. Namun, tetap kami pertahankan, karena tidak ada pilihan lain,” ungkapnya.

Lanjut diceritakan Mak Vallen, lebih sepinya pengunjung warung makan di Air Nelengau, juga terpengaruh setelah dibukanya warung makan di pinggir Sungai Air Manna, atau di depan cucian colomba. Sekitaran dua tahun lalu, atau pertama kali warung makan Air Manna dibuka. Pihaknya sempat cemas dan putus asa. Karena, berminggu-minggu mereka kesulitan mendapatkan pelanggan.

“Itu tadi, selain wabah pandemi kehadiran warung makan baru di Air Manna turut mempengaruhi usaha kami ini. Terasa sekali itu sekitar enam bulan warung makan Air Manna dibuka. Tapi, perlahan-lahan pelanggan kami mulai datang lagi ke sini,” akunya.

Meski situasi sulit akibat pandemi covid-19 serta persaingan dari warung makan Air Manna, Mak Vallen mengaku pihaknya tetap optimis untuk bisa bertahan. Bahkan, untuk menu makanan yang dijual tetap ditambah dan ditingkatkan kualitasnya. “Sebelumnya kami hanya menjual enam menu saja. Sekarang menunya lebih ditingkatkan. Ini untuk menarik para pedagang. Selain itu, soal harga kami tetap bertahan di harga lama. Misal, per porsi nasi dengan lauk semua jenis ikan seharga Rp 20 ribu, sementara untuk porsi ayam kampun itu seharga Rp 25 ribu saja. Itu termasuk lalap dan sambal tambahan,” jelasnya.

Senada disampaikan Ansia (48) pedagang lainnya, gempuran pedagang yang membuka lapak di pinggir Air Manna juga mempengaruhi pesanan nasi bungkus yang ia kemas. Jika sebelumnya pernah mengisi pesana dari Kota Manna sampai dengan 400 bungkus. Saat ini hanya setengahnya saja, karena pelanggan banyak lari ke warung makan Air Manna.

“Dari segi letak, jelas kami kalah. Karena di Air Manna lokasinya mudah dijangkau. Kemudian, tempatnya juga dekat dengan Kota Manna atau jalan lintas. Namun demikian, kami tetap bertahan,” jelasnya.

Saat ini kata Ansia, langkah utama yang pihaknya siapkan agar tetap menjadi kebanggan pelanggan adalah tetap mempertahankan cita rasa, dan harga murah meriah yang selama ini dikenal luas masyarakat. Selain itu, fasilitas yang ditawarkan juga tidak kalah dengan warung makan yang ada di dalam kota.

“Untuk pelanggan, yang masih banyak itu dari daerah luar. Misalnya dari pagaralam, dari tanjung sakti dan dari kaur. Mungkin karena nama warung makan Air Nelengau sudah melegenda, sehingga pelanggan rela datang dari jauh untuk makan di sini,” ucapnya.

Untuk itu, pihaknya berharap kedepan pandemi covid-19 cepat berlalu. Sehingga aktiftas masyarakat kembali normal, dan pelanggan warung makanpun kembali stabil. “Tapi alhamdulillah dari 15 warung yang ada di sini. Semuanya tetap bertahan dan tidak ada yang tutup. Memang kami kompak untuk selalau saling menguatkan dan bekerjasama,” demikian Ansia. (**)

Sumber: