Warga Sesalkan PT FLBA Masih Operasi
RASELNEWS.COM, SELUMA - Gelombang penolakan keberadaan PT. Faminglevto Bhakti Abadi (FLBA) yang akan melakukan penambangan pasir besi di Seluma, terus berlanjut. Kemarin (10/2) siang, ratusan masyarakat di kawasan pesisir yang tergabung dalam Forum Masyarakat Pesisir Barat (FMPB) menggelar aksi protes. Mereka mendatangi lokasi PT. FLBA yang ada di Desa Pasar Seluma.
Koordinator Aksi, Sarifin Thaib, SH mengatakan kedatangan mereka untuk melihat apakah pihak perusahaan menaati kesepakatan atau tidak. Terutama permintaan penghentian aktivitas sementara yang diperintahkan Bupati Seluma.
“Jadi hari ini kami datang untuk melihat secara langsung apakah mereka melakukan aktivitas atau tidak. Ternyata, mereka masih melakukan aktivitas. Berarti mereka tidak menaati kesepakatan,” tegas Sarifin.
Masyarakat yang menggelar aksi disebut Sarifin melihat langsung proses persiapan yang dilakukan oleh PT. FLBA di lokasi. Termasuk beberapa galian di lokasi yang sudah ada. Hal itu membuat masyarakat meminta agar Pemkab Seluma segera menghentikan aktivitas PT. FLBA.
"Seperti kita lihat bersama-sama. Hari ini, saat ini, PT FLBA masih melakukan aktivitasnya. Bahkan ada sejumlah galian di dalam lokasi. Jadi itu apakah sudah mulai eksploitasi atau masih persiapan. Yang jelas, tidak ada penghentian aktivitas. Kami akan terus melakukan penolakan sampai perusahaan angkat kaki dari Desa Pasar Seluma," tegas Sarifin.
Sarifin mengatakan aktivitas tambang tersebut dikhawatirkan akan merusak ekosistem di kawasan pesisir. Apalagi kawasan pesisir sebagian masuk wilayah Cagar Alam (CA). Belum lagi nantinya aktivitas pengangkutan pasir besi melewati jalan di Desa Pasar Seluma. Sehingga jelas akan mengakibatkan kerusakan jalan di wilayah desa.
"Dampak jangka panjang jelas ada. Karena nantinya akan ada mobilisasi kendaraan besar pengangkut hasil tambang. Yang sudah pasti akan merusak badan jalan. Belum lagi ditambah polusi udaranya," ungkap Sarifin.
Hal yang sama disampaikan warga Desa Pasar Seluma, Anton Suprianto SIP. Dia menyebut penolakan tambang ini dilakukan sejak 2011 lalu. Bahkan sempat mengakibatkan konflik horizontal karena masyarakat Desa Pasar Seluma menjadi terpecah.
"Selain karena aktivitas penambangan, nantinya juga bakal membahayakan garis pantai di wilayah pesisir pantai Seluma. Yang nantinya akan berujung pada keberlangsungan desa," pungkas Anton. (rwf)
Sumber: