Kurun Waktu 15 Tahun, Ada 16 Ekor Gajah Mati

Kurun Waktu 15 Tahun, Ada 16 Ekor Gajah Mati

RASELNEWS.COM, BENGKULU - Populasi Gajah Sumatera di Provinsi Bengkulu makin mengkhawatirkan. Diperkirakan populasi Gajah Sumatera hanya tersisa 50 ekor.

Penanggung jawab Konsorsium Bentang Alam Seblat Bengkulu, Ali Akbar, menyebutkan dalam kurun 15 tahun terakhir, setidaknya ada 16 ekor gajah ditemukan mati. Catatan ini bertambah lagi pada kurun waktu 2018-2021 dengan tiga ekor gajah ditemukan mati.

“Mayoritas kematian terjadi tidak alami. Seperti diracun, ditembak dan diburu,” beber Ali dalam media brief dengan tema mengawal bentang terakhir Gajah Sumatera di Bengkulu, Kamis (24/2/2022).

Ali juga menyebut analisis yang dilakukan Konsorsium Bentang Alam Seblat, menyebutkan banyaknya kasus kematian gajah disebabkan dominannya pandangan masyarakat yang menyebut gajah sebagai hama.

Stigma ini yang menjadi alasan utama bagi pemangku kepentingan untuk membunuh kawanan gajah. Selain itu, akibat fragmentasi habibat, kawanan gajah yang hidup di Bentang Alam Seblat menjadi hidup berkelompok dengan kawanan kecil. Efeknya, terjadi perkawinan gajah yang dekat pertalian darah (inbreeding).

“Kondisi ini memicu turunnya fungsi genetik gajah yang kemudian bermuara pada cepatnya laju kepunahan gajah di Bengkulu,” ungkap Ali.

Pada 2018, pemerintah telah menetapkan Kawasan Ekosistem Esnsial (KEE) Koridor Gajah Sumatera seluas 29 ribu hektar. Meliputi Hutan Produksi (HP) Air Rami, Hutan Produksi Terbatas 9HPt0 Lebong Kandis, Taman Wisata Alam (TWA) Seblat dan Taman Kerinci Seblat 9TNkS0.

Namun koridor yang sudah diproyeksikan itu nyatanya terus menerus rentan dengan berbagai ancaman. “Seperti pembalakan liar, aktivitas perkebunan skala besar dan pertambangan batu bara,” ujar Ali.

Ditambahkan Akademisi Universitas Bengkulu, Gunggung Senoaji, kesadaran masyarakat terhadap habitat dan keberadan gajah memang masih rendah. Secara ekonomis gajah dianggap tidak memiliki nilai ekonomi.

“Padahal negara-negra besar seperti Amerika, membawa gajah dari Bengkulu. Bayangkan saja jika nanti dalam beberapa tahun kedepan, gajah tidak ada lagi. Kita sangat kehilangan dan membutuhkannya,” katanya.

Gunggung mencontohkan, sebelumnya gajah terdapat di Kaur dan Seluma. Namun dalam beberapa tahun lalu, gajah di wilayah tersebut sudah punah. Jika ingin melihat gajah, masyarakat harus mendatangi PLG Seblat. “Sangat disayangkan jika keberadaannya saat ini tidak dijaga. Sangat tidak mungkin kita nanti kalau mau melihat gajah harus keluar negeri,” pungkasnya. (cia)

Sumber: