Petani & Penjual Gorengan Menjerit, Pemda Kok Diam?

Petani & Penjual Gorengan Menjerit, Pemda Kok Diam?

RASELNEWS.COM, BENGKULU SELATAN - Kelangkaan pupuk dan minyak goreng di Kabupaten Bengkulu Selatan (BS) membuat petani dan penjual gorengan menjerit.

Dua barang tersebut sulit dicari, kalau ada pun harganya selangit. Meski banyak masyarakat mengeluh sulit mendapat pupuk dan minyak goreng, belum ada tindakan cepat dari Pemkab BS mengatasi masalah ini.

Tari, salah seorang penjual donat mengaku sangat terpukul dengan langkanya minyak goreng. Ia harus memutar otak untuk tetap bertahan di tengah sulitnya mendapat minyak goreng. Salah satunya dengan memanfaatkan margarin, dan mengukus donat yang biasanya digoreng.

“Mau tidak mau harus berinovasi supaya bisa bertahan. Kalau tetap mengandalkan minyak goreng, mungkin sulit. Soalnya stok minyak goreng di setiap toko dan warung kosong. Padahal minyak goreng bahan utama yang wajib, karena kue donat ini digoreng,” ungkap Tari.

Hal serupa disampaikan Risna, salah seorang penjual gorengan. Ia mengkau sangat terdampak dengan langkanya minyak goreng. Usahanya terancam gulung tikar jika kelangkaan minyak goreng berlangsung lama.

“Dagang gorengan jelas butuh minyak goreng untuk menggoreng. Kalau tidak ada minyak goreng, bagaimana mau buat gorengan. Kalau kelangkaan minyak goreng ini lama, terpaksa berhenti dulu jualan,” ungkapnya.

Keduanya menduga pedagang kecil kesulitan mendapat minyak goreng karena toko menjual minyak goreng kepada orang tertentu dalam skala besar. Akibatnya stok di toko cepat habis, pedagang atau masyarakat yang membeli minyak goreng dalam skala kecil pun tidak kebagian.

“Biasanya di toko ada yang borong minyak goreng. Akibatnya kami-kami ini (penjual gorengan) tidak kebagian lagi jatah. Kalau kami mau beli dalam skala banyak juga, tidak ada uangnya, karena kami usaha ini modalnya tidak terlalu besar,” ungkap Tari.

Keduanya berharap Pemda melakukan pengawasan maksimal penjualan minyak goreng. Karena semakin kuat dugaan banyak oknum yang bermain memanfaatkan program minyak goreng subsidi pemerintah.

Para oknum tersebut membeli minyak goreng subsidi dalam skala banyak, kemudian dijual lagi ke masyarakat dengan harga tinggi demi mendapat keuntungan yang berlipat.

“Kalau ada stok minyak goreng di pasaran, tapi harganya mencapai Rp 40 ribu dua liter, percuma saja ada subsidi pemerintah. Kami pedagang kecil dan masyarakat tidak terbantu dong, karena harus tetap membeli minyak goreng harga mahal,” imbuh Tari.

Sementara banyak warga yang mengeluhkan minyak goreng, petani di BS juga mengeluhkan sulitnya mendapat pupuk bersubsidi. Berbagai merek pupuk menghilang di pasaran.

“Pupuk sulit dicari, di toko pertanian hampir semuanya kosong. Pupuk non subsidi yang ada harganya sangat mahal. Apalagi pupuk subsidi itu sangat sulit ditemukan, kami petani kecil ini seharusnya layak mendapat pupuk subsidi, tapi kenyatannya tidak ada,” keluh Setono, salah seorang petani di Kecamatan Pino Raya.

Perlu Operasi Pasar

Sementara itu, Anggota DPRD BS Drs. Yunadi meminta respon nyata Pemda BS melalui OPD terkait mengatasi kelangkaan minyak goreng dan pupuk yang terjadi. Dia mengatakan pemerintah jangan bersembunyi di balik seribu alasan untuk membiarkan masyarakat menderita.

“Harus ada tindakan nyata dari Pemda. Misalnya kelangkaan minyak goreng, mungkin bisa dilaksanakan operasi pasar. Dengan adanya operasi pasar, suplai minyak ke masyarakat bisa lancar sehingga bisa mengimbangi penjualan yang dilakukan swasta,” pinta Yunadi.

Disampaikan Yunadi, kelangkaan pupuk dan minyak goreng adalah masalah serius. Pemerintah perlu hadir mengatasi persoalan tersebut. Harus ada ketegasan menindak oknum yang memanfaatkan kesempitan untuk mencari untung.

“Pengawasan harus maksimal. Jangan biarkan oknum bermain dibalik kelangkaan minyak goreng dan pupuk yang sedang terjadi di daerah kita ini,” tutup Yunadi. (yoh)

Sumber: