Pabrik Tetap Beli Kelapa Sawit, Eeehhh….Pengepul Justru Pilih Tutup

Pabrik Tetap Beli Kelapa Sawit, Eeehhh….Pengepul Justru Pilih Tutup

RASELNEWS.COM, BENGKULU SELATAN- Meski harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit belum stabil dan stok melimpah, pabrik CPO di Kabupaten Bengkulu Selatan (BS) tetap membeli buah dari petani. Seperti PT. Bengkulu Sawit Lestari (BSL) di Kecamatan Kedurang Ilir, yang tetap menampung TBS kelapa sawit dari petani.

“Kami tidak setop pembelian buah. Produksi terus berjalan, buah dari petani dan toke terus ditampung,” kata Humas PT. BSL, Idius Safari, SH. Namun, kata Idius, pasca libur lebaran, suplai buah meningkat drastis.

Akibatnya mesin produksi menjadi terbatas. Dalam sehari PT. BSL hanya mampu memproduksi seribu ton. Sedangkan TBS yang masuk lebih dari itu. Akibatnya terjadi antrean panjang kendaraan yang mengantar TBS sawit ke pabrik.

“Memang buah sedang banjir, mungkin ini faktor libur lebaran kemarin. Petani panen serentak, hingga buah melimpah. Buah yang masuk tidak sebanding dengan kapastitas produksi, akibatnya terjadi antrean panjang,” ujar Idius.

Sementara itu, harga TBS sawit yang semula berangsur naik kembali melorot akibat TBS sawit yang membludak. Kemarin, harga beli TBS sawit di PT. BSL Rp 1.550 per kg, turun dari sebelumnya Rp 1.750. “Harga turun lagi, ini karena faktor buah banyak dan juga harga CPO di pasar belum stabil,” ujar Idius.

Pilih Tutup

Sementara itu, meski pabrik CPO di BS tetap menerima TBS kelapa sawit, beberapa pengepul di Kecamatan Pino Raya, memilih menutup atau membatasi pembelian sementara. Hal itu karena cadangan TBS sawit yang masih melimpah dan harga yang tidak stabil.

Juliko Akdel Putra (31), Manajemen Ramp Sawit Muharaman Dusun Kelutum Desa Pasar Pino Kecamatan Pino Raya, mengaku sudah tiga hari terakhir membatasi pembelian TBS dari petani. Jika per hari TBS yang dibeli mencapai 250 ton, kini hanya menampung 100 ton saja.

“Untuk hari ini (kemarin), kami masih buka dan terima TBS. Tapi jadwal penerimaan hingga pukul 17.00, setelah itu penjualan TBS dari petani tidak dilayani. Sebab, diluar jam itu kami harus antre ke pabrik CPO guna mengantar TBS,” ujar Juliko kepada Rasel, kemarin (13/5).

Juliko mengaku hanya membeli TBS kelapa sawit dari petani dengan harga Rp 1400 per kilogram. “Di pabrik sekarang harga beli TBS hanya Rp 1700 per kilonya. Itu belum termasuk potongan dan sortiran. Makanya, kami tidak menjamin besok atau sepekan kedepan kami masih buka dan melayani pembelian TBS dari petani,” sambungnya.

Terpisah, Pemilik RAMP Saiwt Juang Desa Bandung Ayu, Dedet Martoni (27), mengaku tidak lagi melayani pembelian TBS dari petani. Mereka hanya fokus menjual TBS yang masih tersimpan. “Jika dipaksanakan beli, khawatir tidak bisa mengirimnya ke pabrik CPO dan menimbulkan kerugian,” ungkapnya.

Bagi Dedet, pembatasan penerimaan TBS dari pabrik CPO merupakan cobaan yang sangat besar bagi petani sawit dan pengepul TBS. Bagaimana tidak, petani yang hanya menggantungkan kehidupan dari kelapa sawit, kini tidak mendapatkan pemasukan. Sementara biaya hidup dan cicilan bank terus berjalan.

“Kami tidak tahu lagi harus menerapkan strategi seperti apa. Harapan kami, pemerintah segera hadir dan memberikan solusi atas krisis saat ini. Jika tidak, maka ekonomi masyarakat akan hancur,” pungkasnya. (yoh/rzn)

Sumber: