Kisah Cut Putri, Saksi Hidup dan Perekam Peristiwa Tsunami Aceh Tahun 2004

Kisah Cut Putri, Saksi Hidup dan Perekam Peristiwa Tsunami Aceh Tahun 2004

Cut Putri wanita perekam peristiwa tsunami di Aceh tahun 2004-DOK-raselnews.com

BENGKULU SELATAN, RASELNEWS.COM – Peristiwa tsunami Aceh tahun 2004 merupakan sejarah kelam bagi Bangsa Indonesia. Boleh dibilang tsunami aceh tahun 2004 masuk daftar salah satu bencana terbesar dengan korban terbanyak di Indonesia.

Salah seorang saksi hidup sekaligus perekam bencana tsunami Aceh tahun 2004, Cut Putri dalam video yang diunggah akun youtbe Serambinews menceritakan peristiwa tragis tersebut 18 tahun silam itu.

“Saat ini saya sedang berada di Lamjamee dekat Ulee Lheue, di sinilah saya sempat merekam kejadian gempa dan tsunami tahun 2004,” kata Cut Putri dalam video youtube berdurasi 27 menit 2 detik tersebut.

Stunami aceh terjadi pada tanggal 26 Desember tahun 2004. Beberapa hari sebelum tsunami terjadi, Cut Putri bersama keluarganya berangkat dari Jakarta ke Aceh. Tujuannya untuk menghadiri resepsi pernikahan salah seorang kerabatnya.

BACA JUGA:Pemprov Bengkulu Galang Donasi Korban Gempa Cianjur

Wanita berparas anggun dan bertutur lembut ini mengaku memang hobi merekam setiap momen dalam setiap perjalanannya menggunakan kamera handycam. Bahkan satu hari sebelum peristiwa tsunami aceh tahun 2004 terjadi Cut Putri sempat merekam keberadaan PLTD Apung yang masih berada di tengah laut. Kemudian merekam kondisi sabang.

“Jadi saya masih bisa melihat kondisi Aceh sebelum tsunami dari video yang saya rekam,” kata Cut Putri. Pada hari terjadinya tsunami aceh tahun 2004, Cut Putri dan keluarganya akan mengikuti rangkaian acara resepsi pernikahan sepupunya yakni acara tueng dara baro atau mengantar pengantin perempuan ke rumah Pengantin pria di daerah Lampulo Kecamatan Kota Alam, Kota Banda Aceh Provinsi Aceh.

Sekitar pukul 08.00 pagi waktu Aceh, Cut Putrid an keluarga sudah bersiap siap mau berangkat melaksanakan tueng dara baro. Tiba tiba terjadilah gempa dasyat. Sebagian keluarga Cut Putri dan warga sekitar berhamburan ke luar rumah. Mereka berkumpul di halaman. Saking kuatnya uncangan gempa, perabot rumah sudah banyak yang hancur akibat jatuh dan berbenturan. Pecahan perabot berhamburan di dalam rumah.

BACA JUGA:Bengkulu Rawan Gempa, Ini Pengertian dan Jenis Gempa Bumi

Mulai dari situ Cut Putri langsung menghidupkan kamera dan merekam peristiwa itu. Beberapa saat dia merekam gempa dari halaman rumah, bahkan sempat merekam tanaman bunga yang digantung bergoyang cukup kuat.

“Sambil saya syuting itu gempa masih terus terjadi, makanya gambar goyang goyan,” jelas Putri. Kemudian dari arah pantai sayup sayup Putri mendengar seperti suara truk besar. Awalnya suaranya pelan, lama lama semakin kencang terdengar. Kemudian disusul banyak orang berlarian dari arah pantai sambil meneriakkan air naik…, air naikkk!

“Rame sekali orang dengan baju pagi pagi apa adanya, sembari berteriak air naik, air naik,” sambung Putri. Tak berselang lama, suara menderu seperti suara mobil truk tadinya tiba tiba membesar seperti suara pesawat mau mendarat.

Orang orang semakin panik. Putri yang mendengar suara Abinya memerintahkan naik ke atas rumah langsung berlari. Karena saat itu masih terjadi guncangan gempa, Putri Sempat mematikan kameranya.

BACA JUGA:Gempa Cianjur: 46 Meninggal Dunia, 700 Luka-luka

Di dalam rumah dia menemukan ada tiga orang anak anak kebingungan di lantai bawah rumah. Oleh Putri tiga anak itu digendong dan dibawah naik ke lantai atas rumah. Kemudian Putri turun lagi ke lantai bawah untuk memastikan masih ada orang di latai bawah atau tidak. Saat itulah air laut masuk ke dalam rumah.

Putri langsung bergegas menaiki tangga untuk menuju lantai atas rumah, sialnya dia sempat terpeleset dan jatuh di tangga. Beruntung kamera handycam yang dia pegang tidak rusak walaupun sempat basah.

“Ini bekas titik titik air masih ada,” kata Putri sambil menunjukkan bintik bintik putih di plafon lantai dasar rumah.

Sampai di lantai dua rumah, Putri kembali menyalakan kamera dan merekam air yang sudah besar di dalam rumah. Kemudian Putri mengarahkan kameranya ke bagian luar rumah dari teras lantai dua. Disitulah di merekam air sudah menenggelamkan sebagian rumah masyarakat. Benda benda terseret bersama air.

BACA JUGA:Alat Pendeteksi Gempa di Bengkulu Rusak

Selang beberapa saat air kembali mengalir dengan deras kea rah laut. Semua ikut terseret. Seluruh benda hanyut dan sempat terlihat ada juga orang yang terseret oleh arus. Ada satu orang ibu ibu duduk di atas gulungan kasur terseret oleh air. Ibu ibu itu sempat melihat ke arah Putri yang terus merekam kejadian itu.

“Saat itu saya berteriak, berdoa ibu, berdoa ibu. Maaf saya tidak bisa membantu,” kata Puri menirukan teriakannya saat tsunai terjadi 18 tahun silam.

Saat air surut, Putri mendengar ada suara orang minta tolong dari lantai bawah rumah mereka. Setelah dicek ternyata ada seorang bapak bapak tertidur di lantai rumah sembari berteriak minta tolong. Di tangan bapak itu masih memegang kunci sepeda motor.

Ternyata saat terjadi tsunami bapak itu sedang mengendarai sepeda motor. Karena terpaan air yang begitu dasyat, bapak itu terlempar dari sepeda motor dan terbawa arus hingga hanyut ke dalam rumah keluarga Putri. Kemudian bapak itu diangkat ke lantai dua rumah.

BACA JUGA:Bengkulu Rawan Gempa, Jangan Panik!

Tak berselang lama datang lagi gelombang ke dua. Putri kembali mengaarahkan kameranya ke luar rumah. Awalnya gelombang itu tidak terlalu tinggi, sehingga putri masih bisa melihat ke arah pantai. Dan saat itu dia bisa melihat pantai dengan jelas dari rumahnya, padahal sebelumnya dari tempat dia berdiri itu tidak bisa melihat pantai karena terhalang banyak bangunan rumah. Namun saat itu semua sudah rata.

“Bahkan saya sempat zoom kamera saya dan dapat dilihat dengan jelas keberadaan pantai. Padahal jarak rumah ini dengan pantai sekitar 1 kilometer,” jelas putri.  

Putri sempat merekam beberapa orang berada di atas genteng atap rumah. Mereka adalah orang orang yang terseret saat gelombang pertama dan tersangkut di atap rumah. Saat gelombang kedua datang, mereka bertahan dan berupaya menggapai bagian atap rumah yang paling tinggi.

Setelah air menyurut, Putri dan keluarganya bersama orang lain yang selamat bergegas meninggalkan rumah untuk mencari tempat yang lebih tinggi dan aman. Keluar dari daerah Lamjamee jalan kaki kea rah simpang Dodik. Untuk mencapai simpang Dodik membutuhkan waktu berjam jam, karena banyak sekali puing puing yang menghalangi jalan. Ditemukan juga potongan potongan tubuh manusia berserakan.

BACA JUGA:KDI Rawan Banjir, Pasar Manna Waspada Tsunami

Ada potongan kaki, potongan kepala manusia dan potongan potongan anggota tubuh lainnya. Saya dan keluarga membolak balik mayat yang dijumpai di jalan untuk mencari anggota keluarga yanghilang.

“Saking banyaknya orang meninggal kami tidak bisa berbuat apa apa. Bahkan kami sempat berjumpa beberapa orang yang sedang sekarat,” jelas Putri.

Saat sampai di simpang Dodik sudah banyak orang berkumpul. Sebagian sedang berjalan kaki ke arah Lamjamee untuk mencari keluarganya.Kemudian Putri menjelaskan kepada mereka bahwa medannya sulit. Akhirnya mereka membatalkan niatnya.

Putri kemudian berjalan kaki ke arah simpang Ketapang. Di tengah perjalanan, terdengar lagi teriakan orang mengatakan air naik… air naik…! Orang orang kembali panic dan berlarian. Saking paniknya banyak orang yang meninggal tertabrak sama kendaraan.

Putri yang ikut panic kemudian naik sebuah bus. Karena bus sudah penuh, Putri bergantung di pintu bus. Bus itu melaju kea rah Medan. Saat tiba di daerah Saree Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar, Putri turun dari bus, saat itu hari sudah malam. Saat itu orang di Saree belum tahu kejadian tsunami dasyat melanda Banda Aceh.

Kemudian pada hari kedua pasca tsunami, Putri kembali ke Banda Aceh. Dia kembali ke rumah tempat pertama dia merekam peristiwa tsunami aceh tahun 2004. Saat itu air sudah surut, dengan ketinggian selutut orang dewasa.

BACA JUGA:Musim Hujan, Kaur Sering Dilanda Banjir, Ini Desa yang Jadi Langganan

Putrid an keluarga mencari barang barang berharga yang masih tersisa di dalam rumah. Sementara mayat masih bergelimpangan di mana mana. Begitu juga dengan puing puing yang berserakan.

“Saya sempat rekam ada jenazah terbujur di dalam rumah keluarga saya. Jenazah itu tertimbun diantara puing puing,” jelas Putri.

Dalam video itu Putri menyebut ada empat orang keluarganya jadi korban. Satu orang ketemu jenazahnya. Berjarak satu kilometer dari rumah tempat mereka berkumpul bersama Putri sebelum terjadi tsunami. Sedangkan tiga orang lagi tidak ketemu dan dinyatakan hilang.

Video rekaman Cut Putri ini diserahkan kepada pihak penyiar dan disiarkan ke seluruh penjuru dunia. Setelah itu banyak pihak yang datang ke Aceh untuk memberikan bantuan. Sebagai kenang kenangan, mereka yang datang itu menulis di tembok rumah tempat Putri pertama kali merekam kejadian gempa dan tsunami.

“Alhamdulilah tulisannya masih ada di sini, kepada pihak yang menulis jika berkesempatan dan ingin melihat kembali tulisannya, alhamdulillah masih ada dan masih kami jaga,” tutup Putri. (stb)  

Sumber: youtub chanel serambinews