BENGKULU SELATAN, RASELNEWS.COM – Provinsi Bengkulu merupakan daerah penghasil kopi terbesar di Indonesia.
Bahkan kopi dari Bengkulu sudah terkenal hingga ke berbagai belahan dunia.
Ratusan ribu hektar perkebunan kopi Bengkulu terhampar dari kabupaten Kaur hingga Kabupaten Mukomuko.
Begitu juga dengan perkebunan kelapa sawit. Bengkulu merupakan daerah penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia.
BACA JUGA:Bintang Sepak Bola Dunia Luis Suarez Meninggal, Pernah Bela Barcelona, Begini Kiprahnya
BACA JUGA:Simak! Ini Lima Beasiswa yang Biasa Dimanfaatkan Siswa SMA di Bengkulu Tahun 2023, Berikut Strategi Mendapatka
Tidak kurang ribuan hektar perkebunan kelapa sawit di Bengkulu.
Ada perkebunan kelapa sawit milik perusahaan pemerintah dan swasta serta perkebunan milik masyarakat.
Lantas mana menguntungkannya menanam kelapa sawit dan kopi?
Pertanyaan ini sering menjadi topik pembicaraan masyarakat.
BACA JUGA:Soal PPDB, Komisi IV DPRD Provinsi Bengkulu Panggil Disdikbud, Benarkah Ada Pungli?
BACA JUGA:Apakah SMA Swasta Bisa Masuk Universitas Negeri?
Berdasarkan pengalaman petani di Bengkulu, menanam kopi dan kelapa sawit sama sama memiliki keunggulan dan kekurangannya masing masing.
Banyak faktor yang menyebabkan petani memilih tanaman kelapa sawit maupun kopi.
Untuk tanaman kopi, keunggulan yang dimiliki adalah tidak memerlukan lahan terlalu luas.
BACA JUGA:Hari Ini Hasil Tes Fisik dan Wawancara Calon Taruna KKP di Kaur Diumumkan, Ternyata...
BACA JUGA:Astaga! 3 Jemaah Haji Indonesia Hilang dan Belum Ditemukan, Berikut Nama dan Kronologinya
Seorang petani yang mengelola secara mandiri lahan perkebunan kopi seluas 5 hektar sudah terbilang petani tangguh.
Kebanyakan satu orang petani kopi hanya mampu memelihara kebun kopi dibawah lima hektar, jika tidak melibatkan tenaga orang lain atau karyawan.
Kemudian posisi lahan, petani yang memiliki lahan di daerah perbukitan dan jauh dengan laut akan memilih menanam kopi.
BACA JUGA:Prediksi Pilkada Bengkulu Selatan Tahun 2024, Miskin Figur Baru, Wajah Lama Kembali Maju
BACA JUGA:Petani Mukomuko Surati Mahfud MD, Ternyata Ini Tujuannya
Karena tanaman kopi lebih menyukai daerah yang lebih dingin seperti udara di kawasan perbukitan.
Harga jual hasil panen perkebunan kopi lebih mahal dibandingkan harga kelapa sawit.
Namun kelemahan perkebunan kopi adalah hasil yang didapat sifatnya tahunan, karena musim buah kopi terjadi setahun sekali.
BACA JUGA:Kepala Sekolah Kembali Diingatkan Soal Pengelolaan Dana BOS, Kajari Bengkulu Selatan: Hati Hati
BACA JUGA:Lagi Gembalakan Sapi, Pria Berusia 25 Tahun Dicabuli, Kok Bisa?
Walaupun ada yang disebut puah selang, namun jumlahnya tidak sebanyak saat buah musim.
Rata rata perkebunan kopi Bengkulu yang dipelihara dengan baik dan menggunakan bibit unggul dapat menghasilkan biji kopi kering sebanyak 1,2 ton hingga 2 ton per hektar.
Jika diambil rata rata setiap satu hektar kebun kopi menghasilkan biji kopi kering sebanyak 1,5 ton setiap musim panen, dikali dengan harga kopi saat ini rata rata Rp40 ribu perkilogram maka hasil yang akan didapat petani adalah Rp60 juta pertahun perhektar.
BACA JUGA:INI DIA! Kunci Jawaban Tebak Kata Shopee Tantangan Harian Hari Senin 10 Juli 2023
BACA JUGA:Terserempet Bus SAN, Pelajar SD di Kaur Meninggal Dunia, Ayahnya Luka Luka
Itu jika harga tinggi seperti saat ini, jika harga turun seperti tahun rahun sebelumnya, maka hasil yang didapat tidak akan sebesar itu.
Sedangkan tanaman kelapa sawit, setiap satu hektar lahan bisa ditanami pohon kelapa sawit sekitar 115 batang.
Artinya agar mendapatkan buah kelapa sawit dalam jumlah besar, harus memiliki lahan yang luas.
BACA JUGA:BSI Area Bengkulu Dorong Pembiayaan Gadai Emas dan Cicil Emas Lewat Grebek Pasar