JAKARTA, RASELNEWS.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut adanya kenaikan suhu panas.
Temperatur bumi semakin tahun semakin meningkat. Peningkatan ini mulai sangat dirasakan sejak tahun 2000-an.
BACA JUGA:Suhu Malam di Bengkulu Lebih Dingin, Apakah Dampak Renomena El Nino? Ini Penjelasan BMKG
Kedepan, fenomena alam ini disebut-sebut bisa mengerikan. Sebab menurut ramalam BMKG, temperatur bumi berisiko memicu krisis air.
Krisis air ini akan melanda semua negara, tak terkecuali Indonesia.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menjelaskan, peningkatan temperatur yang membuat menyusutnya air bersih salah satunya berdampak pada kerentanan ketahanan pangan, yang berujung kerawanan stok pangan dunia pada 2050.
BACA JUGA:60 Hektar Sawah di Seluma Kekeringan dan Mulai Retak, Dampak El Nino?
Dwikorita menyebut FAO memprediksi ada 500 juta petani skala kecil menjadi kelompok yang paling rentan akan perubahan iklim.
"Fenomena perubahan iklim ini membuat kenaikan permukaan air laut. Krisis air akan terjadi. Artinya stok pangan akan berkurang.
Ditambah lagi lahan yang semakin sempit. Kalaupun kita mau impor, ya dari mana? Semuanya juga terjadi, bahkan lebih parah dari Indonesia," ungkap Dwikorita.
BACA JUGA:MENGEJUTKAN! Pernyataan Kemenkes, El Nino Berpengaruh Terhadap Kasus DBD, Warga Bengkulu Siaga
Versi BMKG sebut Dwikorita, rata-rata kenaikan temperatur suhu bumi mencapai 3,5 derajat celcius.
"Saat status semakin ekstrem. Kalau enggak ada mitigasi, kenaikannya bisa mencapai 3,5 derajat celcius," pungkasnya.
Di Indonesia, kata Dwikorita, menginjak tahun 2000-an suhunya semakin panas.
Kenaikan Suhu terbesar ada di Sumatera bagian selatan, Kalimantan, Sulawesi, dan wilayah Jakarta dan beberapa daerah sekitarnya. Beberapa area mengalami peningkatan hingga 0,15 derajat setiap 10 tahun. (red)