RASELNEWS.COM – Hasil panen kebun sawit petani di Bengkulu merosot hingga 50 persen.
Kondisi ini terjadi sejak tiga bulan terakhir. Pemicu utamanya adalah kemarau dan fenomena el nino.
Tanaman kelapa sawit kekurangan air, sehingga banyak yang sudah tidak berbuah.
Kalaupun masih ada yang berbuah, itu adalah buah yang keluar saat musim kemarau belum datang dan baru matang saat ini.
BACA JUGA:Cara Mengobati Tanaman Kelapa Sawit Mati Pucuk, Tak Perlu Biaya Dijamin Manjur, Ini Caranya
BACA JUGA:Sudah Sehat, Bupati Kaur H Lismidianto Kembali Aktif Bertugas
Hampir setiap pohon kelapa sawit petani di Bengkulu tidak ada yang memiliki buah muda.
Kondisi inilah yang menyebabkan banyak pihak memprediksi kalau kondisi sulit akan terjadi hingga awal tahun depan.
Jika musim kemarau di Bengkulu berakhir pada bulan November 2023, maka tanaman kelapa sawit akan subur kembali, kemudian petani juga bisa memupuk tanaman sawitnya.
BACA JUGA:Tim Wasev Mabes TNI AD Tinjau TMMD ke-118 di Bengkulu Selatan
BACA JUGA:5 Kementerian Masih Sepi Peminat CPNS 2023, Kementerian ESDM Baru 1 Pelamar
Jika tanaman sudah subur kembali barulah bisa berbunga dan memunculkan buah baru.
Namun proses dari bnga hingga menjadi buah matang itu membutuhkan waktu setidaknya lima bulan.
Artinya tanaman kelapa sawit yang sudah tidak berbuah saat ini, baru bisa menghasilkan buah siap penan lagi secepatnya pada April hingga Juni 2024.
BACA JUGA:Sambil Ngopi dan dengar Radio, Tahu-tahu Dapat Saldo DANA Gratis, Mau? Simak Caranya
BACA JUGA:Siapapun Pasti Tergoda, Yamaha XMAX SP 300 CC Hadir Dengan Warna Abu-Abu Glossy Yang Menawan
Kondisi ini terjadi hampir di seluruh kebun sawit petani di Bengkulu.
Kebun masyarakat yang pada kondisi normal bisa menghasilkan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit satu ton, saat ini tinggal meghasilkan 500 kilogram, bahkan ada yang kurang dari itu.
Kedepan hasil akan semakin merosot, karena saat ini belum ada buah baru yang muncul.
BACA JUGA:Apakah Nanas Berbahaya Dikonsumsi Ibu Hamil? Ternyata Seperti Ini Penjelasan Lengkapnya
Untungnya, walaupun saat ini hasil panen sawit petani sedikit, tapi harga TBS mahal.
Rerata pengepul membeli TBS kelapa sawit dari petani Rp 1.700 perkilogram.
Kalau sampai harga TBS anjlok, maka petani kelapa sawit di Bengkulu akan merana.
Prediksi ini besar kemungkinan menjadi kenyataan. Berdasarkan prediksi BMKG, Oktober ini merupakan puncak kemarau di Bengkulu.
BACA JUGA:Buat Geger Pasar Otomotif Indonesia, Mio Matic Terbaru Hadir Dengan Nuansa Retro Klasik Ala Vesva
BACA JUGA:Pengusutan Kasus Penyerobotan Lahan Digeber, Oknum Pejabat di Bengkulu yang Dilaporkan Segera Diperiksa
Hujan baru akan turun normal di Bengkulu pada penghujung bulan Oktober atau awal November.
Jika prediksi cuaca ini benar, maka tanaman kelapa sawit petani baru mendapatkan pasokan air cukup setelah musim hujan terjadi.
Awal musim hujan tanaman sawit belum langsung berbunga, tetapi akan menyuburkan batang dan daun dulu.
BACA JUGA:Mengapa Kata Lada Dilarang Ducapkan di Goa Belanda Bandung
Setidaknya butuh waktu satu bulan bagi tanaman sawit agar kembali subur itu jika dibantu pupuk.
Untuk tanaman kelapa sawit yang tidak dipupuk, bisa membutuhkan waktu hingga dua bulan agar bisa subur kembali.
Setelah masa jedah itu, barulah akan muncul bunga dan putik. Dari bunga hingga menjadi buah siap panen dibutuhkan waktu kisaran 4 hingga 5 bulan. (red)