JAKARTA, RASELNEWS.COM - Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai Hasil Sensus Pertanian 2023 (ST2023), Indonesia mengalami penurunan sebanyak 2,35 juta unit usaha pertanian dalam kurun waktu satu dasawarsa.
Dalam hasil sensus yang dirilis pada hari Senin (4/12/2023) oleh BPS, Sensus Pertanian ini merupakan yang ke-7 dan dilaksanakan setiap 10 tahun sekali pada tahun-tahun berakhiran angka 3.
Fokus dari ST2023 adalah 'Mencatat Pertanian Indonesia untuk Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani'.
BACA JUGA:2024, Subsidi Pupuk Diberikan Dalam Bentuk Bantuan Langsung ke Petani
Sensus ini mencakup berbagai subsektor seperti tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, kehutanan, dan jasa pertanian.
Data dikumpulkan dari usaha pertanian perorangan (UTP), perusahaan pertanian berbadan hukum (UPB), dan usaha pertanian lainnya (UTL).
Atqo Mardiyanto, Sekretaris Utama Kepala BPS, menyebutkan bahwa sensus ini melibatkan 196.172 petugas sensus di seluruh Indonesia dan berlangsung dari 1 Juni sampai 31 Juli 2023.
Hasil ST2023 memberikan sejumlah data baru, termasuk data geospasial statistik pertanian, potensi pertanian menurut wilayah, penerapan agroforestri, perhutanan sosial, petani milenial, klasifikasi urban farming, indikator SDGs 2.3.1 dan 5.a.1, serta data petani skala kecil.
BACA JUGA:Konflik Lahan Antara Petani dan Perusahaan di Bengkulu Kembali Bergejolak, Tanaman Petani Dirusak
Dalam diseminasi Tahap 1 ST2023, delapan variabel utama disampaikan, seperti Usaha Pertanian dan Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP), Gurem, Demografi Pengelola Usaha Pertanian, Petani Milenial, Penggunaan Pupuk, Lahan yang Dikuasai, Urban Farming, dan Komoditas.
"Jumlah usaha pertanian hasil ST2023 sebanyak 29.360.833 unit, mengalami penurunan sebesar 2,35 juta unit atau 7,42 persen dari tahun 2013 yang mencapai 31.715.486 unit," sebut Atqo.
Penguraiannya menunjukkan penurunan jumlah usaha pertanian perorangan (UTP) sebanyak 2,36 juta unit (7,45 persen) dari 31.705.295 unit pada 2013 menjadi 29.342.202 unit.
BACA JUGA:Petani Sawit Indonesia Siap Siap Kaya Mendadak, Harga CPO 2024 Diprediksi Kembali Naik
Sementara itu, jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum (UPB) mengalami kenaikan 35,54 persen dari 4.209 unit pada 2013 menjadi 5.705 unit pada 2023.
"Jumlah usaha pertanian lainnya (UTL) tercatat sebanyak 12.926 unit, meningkat 116,08 persen dari 5.982 unit pada tahun 2013," tambahnya.
Dilihat dari subsektornya, usaha pertanian perorangan (UTP) terbanyak berada di subsektor tanaman pangan (15,77 juta unit), diikuti oleh peternakan (12,19 juta unit), dan perkebunan (11,1 juta unit). Sedangkan UPB terbanyak terdapat di subsektor perkebunan (2.684 unit), dan UTL terbanyak ada di subsektor hortikultura (5.053 unit).
BACA JUGA:Sebagian Lahan Sawah Petani di Bengkulu Masih Kekeringan, DPRD: Perbanyak Saluran Irigasi
Berdasarkan wilayah, jumlah UTP terbanyak ada di Jawa Timur (5.676.717 unit) mencakup 19,35 persen dari total UTP di Indonesia, sementara UTP terendah ada di Provinsi DKI Jakarta (13.416 unit).
Di berbagai pulau seperti Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Jawa, Nusa Tenggara Timur (NTT), Papua, dan sebagainya, terjadi penurunan jumlah UTP di beberapa provinsi dalam rentang waktu 2013-2023.
Misalnya, Jawa Timur mengalami penurunan sebesar 8,08 persen dari total UTP pada 2013.
BACA JUGA:Kabar Gembira Untuk Petani Bengkulu, Kedepan Harga Gabah Diprediksi Stabil, Ini Alasannya
Di Pulau Papua dan Maluku, UTP terbanyak terdapat di Provinsi Papua Pegunungan dengan jumlah 220 ribuan unit. (red)