RASELNEWS.COM - Defisiensi vitamin D bisa berdampak signifikan pada kesehatan kita, termasuk meningkatkan risiko osteoporosis, masalah kekebalan tubuh, dan bahkan gangguan mood.
Vitamin D adalah prohormon yang penting untuk kesehatan tulang dan fungsi tubuh lainnya, termasuk kekebalan tubuh.
Defisiensi vitamin D adalah kondisi di mana tubuh tidak memiliki cukup vitamin D untuk menjalankan beberapa fungsi penting.
BACA JUGA:Waspada, Diare dan ISPA Bisa Muncul di Musim Pancaroba, Ini Gejala dan Pencegahannya!
Vitamin D berperan dalam penyerapan kalsium dan fosfor, yang sangat penting untuk pertumbuhan dan menjaga kekuatan tulang.
Cara untuk mengetahui apakah seseorang mengalami defisiensi vitamin D adalah melalui tes darah yang mengukur kadar 25-hidroksi vitamin D.
Ambang batas minimalnya adalah sekitar 20 sampai 50 ng/ml. Gejala defisiensi vitamin D antara lain nyeri tulang, nyeri punggung, kelemahan otot, mudah terserang penyakit, mudah lelah, dan rasa tidak nyaman di badan akibat nyeri otot.
BACA JUGA: Bahaya Hipertensi, Penyakit Mematikan Secara Diam-diam, Kenali Gejala dan Penanganannya
Beberapa orang yang berisiko mengalami defisiensi vitamin D adalah mereka yang tinggal di daerah dengan paparan sinar matahari terbatas, memiliki kulit gelap yang mengurangi produksi vitamin D, lansia, orang obesitas, dan mereka yang memiliki masalah penyerapan nutrisi.
Bayi yang sering diberi ASI eksklusif juga berisiko, terutama jika ibunya mengalami defisiensi vitamin D.
Penyakit hati dan ginjal juga dapat mempengaruhi konversi vitamin D menjadi bentuk aktifnya.
BACA JUGA:Usia Muda Tak Luput Terkena Diabetes, Kenali Gejala dan Cara Mencegahnya
Manusia normalnya membutuhkan asupan vitamin D sekitar 400 sampai 800 IU per hari.
Namun, dalam kondisi tertentu seperti sakit atau sudah didiagnosa defisiensi vitamin D, disarankan untuk mengkonsumsi dosis lebih tinggi: bayi sekitar 1.000 IU, anak-anak 1.000 sampai 2.500 IU, dan dewasa maksimal 4.000 IU, tentu saja berdasarkan rekomendasi dokter.
Makanan hewani yang kaya vitamin D antara lain ikan salmon, ikan sarden, dan kuning telur, meskipun kadarnya tidak setinggi ikan.
BACA JUGA:Gejala Penderita HIV AIDS Ternyata Bisa Dilihat dari Kulit, Berikut Ciri-cirinya
Sumber nabati seperti jamur dan makanan yang diperkaya dengan vitamin D juga penting, seperti sereal, yogurt, susu sapi, dan margarin.
Namun, kandungan vitamin D dari makanan saja tidak cukup jika tubuh kurang mendapat paparan sinar matahari.
Sinar matahari membantu mengubah provitamin D menjadi vitamin D aktif.