RASELNEWS.COM - Puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah memiliki keutamaan besar, yaitu dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.
Berikut adalah penjelasan mengenai keutamaan dan amalan yang dianjurkan pada hari-hari istimewa ini.
Dalam rangkaian 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, amalan yang dilakukan sangat dicintai Allah.
BACA JUGA:15 Sapi Terbesar di Dunia, Ada yang Beratnya 2 Ton, Cocok Untuk Kurban Nih
Puncaknya adalah pada hari ke-9, yang disebut dengan Hari Arafah, dimana umat Islam yang sedang menunaikan ibadah haji melaksanakan wukuf di Padang Arafah.
Puasa pada hari Arafah dianjurkan bagi yang tidak sedang berhaji, dengan keutamaan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.
BACA JUGA:Hari Raya Idul Adha Sebentar Lagi, Cek Harga Kambing Kurban di Bengkulu Selatan
Ustadz Abdul Somad mengajak kita semua untuk berpuasa pada hari ini agar mendapatkan keutamaan tersebut.
Adapun pada tanggal 10 Dzulhijjah, yang disebut Hari Raya Idul Adha, amalan utama bukan lagi puasa tetapi berkurban.
Menumpahkan darah hewan kurban pada hari ini adalah ibadah yang sangat mulia.
Hewan kurban tersebut akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, bulu, dan kukunya sebagai saksi atas amal perbuatan kita.
BACA JUGA:Bolehkah Panitia Mengambil dan Memasak Daging Kurban? UAS dan Buya Yahya Tegas
Untuk mengamalkan ibadah kurban dengan sempurna, sebaiknya kita melakukannya setelah salat Idul Adha.
Ustadz Abdul Somad menjelaskan bahwa kurban bisa dilakukan baik dengan kambing maupun sapi, tergantung pada kemampuan dan niat masing-masing.
Yang penting adalah keikhlasan dan ketulusan dalam berkurban.
Dalam pelaksanaan kurban, jika kita tidak ahli dalam menyembelih, lebih baik menyerahkan tugas tersebut kepada yang berpengalaman.
BACA JUGA:Anda Jadi Panitia Kurban? Ketahui 5 Larangan Panitia Kurban, Jangan Jadi Dosa!
Selain itu, bagi yang ingin menyaksikan prosesi penyembelihan, hal itu juga merupakan sunnah yang dianjurkan.
Akhirnya, setelah hewan kurban disembelih, dianjurkan untuk mengambil sebagian dagingnya untuk dikonsumsi sendiri, sementara sisanya dibagikan kepada fakir miskin.
Ini adalah cara untuk merayakan nikmat Allah dengan penuh rasa syukur dan berbagi kebahagiaan dengan sesama.