Irigasi Jebol, Petani Ganjuh Mengeluh

Irigasi Jebol, Petani Ganjuh Mengeluh

KOTA MANNA - Saluran irigasi di area persawahan di Desa Ganjuh Kecamatan Pino Kabupaten Bengkulu Selatan jebol. Hal dikeluhkan para petani setempat. Pasalnya, sudah tiga periode petani padi setempat tidak bisa menggarap lahan sawahnya. Padahal ada ribuan hektar sawah di wilayah tersebut.

Tidak adanya perbaikan dari instansi terkait membuat sawah menjadi kering kerontang. Bahkan, permukaan tanah lahan sawah sudah banyak yang retak dan berlubang karena terlalu lama mengalami kekeringan. Lukman (52), salah seorang petani setempat kepada Rasel mengaku, putusnya saluran irigasi di wilayahnya itu sejak akhir tahun 2020.

Hal itu lantaran diterjang arus Sungai Nelengau yang saat itu meluap. Jika ditotal, panjang saluran irigasi yang rusak mencapai 150 meter dari bendungan utama. “Tak kurang 1200 hektar lahan sawah produktif di wilayah kami saat ini nganggur alias tidak bisa digarap. Ini karena kondisinya kering kerontang. Rasanya kami ingin menjerit dengan situasi ini,” ujarnya.

Diteruskan Lukman, area persawahan di Desa Ganjuh hanya memiliki satu saluran irigasi saja. Tidak seperti di wilayah Kecamatan Air Nipis, yang sumber airnya disuplai oleh beberapa bendungan besar. “Kalau mengandalkan tadah hujan, tentu tidak akan lama sekali untuk bisa menggenangi ribuan hektar lahan itu. Lebih daripada itu, lahan yang terlalu lama kering menyebabkan petani tidak bisa mengambil langkah lain,” keluhnya.

Misalnya untuk menanam jagung atau kacang tanah, Lukman mengaku lahan tetap wajib teraliri air agar tanaman bisa tumbuh subur. Sedangkan saat ini, lahan di lokasi itu rerata sudah ditumbuhi rumput liar. “Kalau harus melakukan penyiraman manual menggunakan mesin pompa air, terus terang kami petani tidak sanggup. Sebab, biayanya operasional terlalu mahal,” jelasnya.

Busran (50) petani lainnya juga mengeluhkan kondisi itu. Menurutnya, kekeringan lahan sawah terlalu lama justru membuat lahan tersebut semakin rusak. Tumbungan liar yang ukurannya sudah besar akan menyulitkan petani untuk kembali mengelola lahan sawahnya. “Kami mohon Pemerintah Daerah (Pemda) BS segera menangani keluhan kami ini. Bayangkan saja, selama tiga periode tidak ada produksi tanam padi di sini. Berapa banyak suplai gabah kering yang hilang. Kalau pemerintah mau bantu petani, maka perbaikilah saluran tersebut,” katanya.

Kondisi tersebut juga menyulitkan petani untuk mendapatkan mata pencairan, karena aktifitas utama mereka adalah mengembangkan tanaman padi. “Selama irigasi rusak, maka kami (petani) terpaksa nganggur. Nganggur juga tidak dapat penghasilan, padahal biaya hidup tinggi,” pungkasnya. (rzn)

Sumber: