Petani Kopi Susah Tersenyum
RASELNEWS.COM, BENGKULU SELATAN - Saat pemilik kebun kelapa sawit tersenyum sumringah, petani kopi di Kabupaten Bengkulu Selatan malahan cemberut, bahkan sesekali menjerit.
Mereka mengeluhkan tidak stabilnya harga jual biji kopi kering. Bahkan menjelang bulan Ramadan, harga kopi turun. Sebelumnya Rp 24 ribu per kg, meluncur ke bawah menjadi Rp 21 ribu per kg. Kondisi ini jelas menimbulkan penderitaan.
“Harga kopi tidak stabil, kadang naik kadang turun. Seperti saat ini menjelang puasa harga turun, kondisi ini terus terjadi setiap tahun,” keluh Sudiman Efendi, SH, petani kopi di Ulu Sebilo Desa Ganjuh Kecamatan Pino.
Selain harga tidak stabil, petani kopi juga mengeluhkan mahalnya harga racun dan langkanya pupuk. Padahal racun dan pupuk merupakan kebutuhan utama menggarap kebun agar hasil maksimal. “Harga kopi murah, racun dan pupuk mahal. Memang sakit kondisi seperti ini,” ungkapnya.
Meski kondisi memprihatinkan, petani kopi tetap bertahan. Mereka mengatur siasat agar hasil penjualan kopi dapat digunakan untuk biaya hidup. Salah satu strategi adalah mengurangi biaya perawatan kebun.
“Karena pupuk dan racun mahal, terpaksa jarang meracun dan memupuk. Memang hasilnya tidak maksimal, tapi harus bagaimana lagi karena dipaksa keadaan. Harapan kedepan supaya harga racun dan pupuk stabil, harga kopi bisa naik,” Sudiman. (yoh)
Sumber: