BENGKULU SELATAN, RASELNEWS.COM - Pemeritah Daerah Kabupaten (Pemkab) Bengkulu Selatan menargetkan tahun 2024 ziro stunting.
Untuk mewujudkan upaya itu, salah satunya upaya yang dilakukan memberikan sosialisasi dan pembinaan secara terus menerus melibatkan banyak pihak. Stunting adalah gangguan tumbuh kembang yang dialami oleh anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan simulasi psikososial. Tentunya stunting tidak boleh dibiarkan karena gangguan kesehatan ini dapat menyebabkan dampak kesehatan yang lebih buruk di kemudian hari pada anak. BACA JUGA:Kasus Stunting di Bengkulu Selatan, Dinas Kesehatan Lakukan Desiminasi Analisa Pengukuran Stunting Stunting bisa juga dipicu masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak. Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya. Anak stunting atau gagal tumbuh biasanya mengalami keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas. BACA JUGA:Kasus Stunting di Bengkulu Masih Tinggi, Ini Upaya Pemprov Ciri ciri anak stunting yakni wajah tampak lebih muda dari anak seusianya, pertumbuhan tubuh dan gigi terlambat, badan kurus, kemampuan fokus dan memori belajar buruk, pubertas lambat, saat menginjak usia 8-10 tahun anak cenderung lebih pendiam dan tidak banyak melakukan kontak mata dengan orang sekitarnya berat badan lebih ringan untuk anak seusianya. "Ya, pencegahan dan penanggulangan stunting merupakan program prioritas, dan perlu juga dipahami, tubuh pendek belum tentu stunting, tetapi stunting sudah pasti tubuh pendek dan kurang asupan gizi,” jelas Kepala DPPKBP3A Bengkulu Selatan, Fery Kusnadi SE. Dikatakan Fery, pembinaan dilakukan dalam rangka penguatan ekonomi, agar membangun ketahanan keluarga.Yakni dengan terlibat aktif memberikan makanan bergizi dan sehat yang didistribusikan dalam kegiatan Posyandu balita. Serta terus melakukan sosialisasi ke keluarga-keluarga mulai dari ibu menyusui, calon pengantin yang rentan stunting. BACA JUGA:Tahun 2024 Pemda Bengkulu Selatan Targetkan Zero Kasus Stunting Tidak jarang masyarakat menganggap kondisi tubuh pendek merupakan faktor genetika dan tidak ada kaitannya dengan masalah kesehatan. Faktanya, faktor genetika memiliki pengaruh kecil terhadap kondisi kesehatan seseorang dibandingkan dengan faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan. Biasanya, stunting mulai terjadi saat anak masih berada dalam kandungan dan terlihat saat mereka memasuki usia dua tahun. "Untuk penanganan stunting sudah ada tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang sudah terbentuk hingga tingkat desa, tim ini selalu berkaloborasi bersama Dinkes, dan PKK," kata Fery. Disampaikan Fery, di Bengkulu Selatan saat ini terdapat 32 desa lokus stunting. Namun untuk hasil penilain stunting tahun 2022 akan keluar pada bulan Januari 2023. (one)