KITOSAN

KITOSAN

KITOSAN Lauren Lestantia   PENDAHULUAN Kitosan Kitosan adalah suatu polisakarida berbentuk linier yang terdiri dari monomer N-asetilglukosamin (GIcNAc) dan D-glukosamin (GIcN). (Shahidi F, Arachchi J, Jeon YJ. 1999).   Bentukan derivative deasetilasi dari polimer ini adalah kitin. Kitin adalah jenis polisakarida terbanyak ke dua di bumi setelah selusosa dan dapat ditemukan pada eksoskeleton invertebrate dan bebebrapa fungsi pada dinding selnya.(Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2002.) Kitosan memiliki bentuk yang unik dan memiliki manfaat yang banyak bagi pangan. Agrikultur dan medis Namun untuk melarutkan kitosan ini cukup sulit karena kitosan dapat larut apabola dilarutkan pada asam dan viskositas yang tinggi. Kitin merupakan biopolymer kedua terbanyak di alam setelah selulosa dan merupakan konstituen utama dari eksoskeleton serangga dan arthropoda lain serta ditemukan pula pada fungi. Secara hayati, polimer polisakarida ini disintesa sampai satu miliar ton per tahun di dunia, namun yang baru dimanfaatkan hanya sebagian kecil saja walaupun manfaatnya didalam berbagai industri semakin dirasakan (Angka dan Sohartono, 2002 dalam Hendarsyah, 2006). Kitin merupakan homopolisakarida struktural yang rumus bangunnya mengandung nitrogen.Kulit keras pada banyak insekta dan krutasea dibangun oleh sekitar 30% polisakarida ini.Walaupun dalam bentuk kecil, kitin juga terdapat dalam beberapa jenis lumut, jamur, dan bakteri (Sumardjo, 2008). Sifat fisikokimia kitin Kitin berbentuk padat, amorf, tidak berwarna, tidak larut dalam air, asam encer, alkohol dan semua pelarut organik lainnya.Kitin dapat larut dalam fluoroalkohol dan asam mineral pekat (Richards, 1951 dalam Rostinawati, 2008). Rantai kitin antara satu dengan yang lainnya berasosiasi dengan ikatan hidrogen yang sangat kuat antara gugus N-H dari satu rantai dan gugus C=O dari rantai yang berdekatan. Ikatan hidrogen menyebabkan kitin tidak dapat larut dalam air dan membentuk formasi serabut (Cabib, 1987 dalam Rostinawati, 2008). Manfaat kitosan Kitosan memiliki sifat non toksik dialam, antibakteri, aktifitas antioksidatif, bahan pembentuk film, biocompatibility (polimer alami tidak memiliki efek samping, tidak beracun) dan biodegradability (mudah diuraikan oleh mikrobia).Kitosan sangat bermanfaat sebagai antibakteri dengan ukuran partikel tertentu yang lebih efektif yaitu ukuran nanopartikel dan mampu merusak membran sel bakteri (Astuti, 2016). Aplikasi kitin, kitosan dan turunannya dalam berbagai bidang kehidupan seperti nutrisi, pangan, biomedis, perawatan kulit dan rambut, pertanian dan lingkungan, dan lain-lain (Karmana, 2008). Berikut adalah ulasan mengenai manfaat aplikasi kitin kitosan dalam berbagai bidang kehidupan: (1) dalam bidang 10 nutrisi, kitosan bermanfaat sebagai serat yang dapat dikonsumsi, sebagai pengawet dan pengaya rasa, untuk perbaikan tekstur, sebagai bahan pengemulsi, dan sebagai bahan penjernih, (2) di bidang biomedis, kitosan bermanfaat sebagai obat luka, kontak lensa, membran dialisis darah, antitumor, antikolesterol, dan pelangsing tubuh, (3) di bidang perawatan kulit dan rambut, kitosan bermanfaar sebagai lotion dan krim pelembab, dan produk-produk perawatan rambut, (4) di bidang pertanian dan lingkungan, kitosan dimanfaatkan sebagai fungisida, pemupukan dan pengolahan limbah, dan (5) lain-lain, kitosan juga dimanfaatkan dalam industri kertas, sebagai penyerap warna, baterai padat, aditif pakan, dan kromatografi (Karmana, 2008). METODE PEMBUATAN KITOSAN Metode pembuatan kitosan terdiri dari tiga langkah utama, yaitu deproteinasi, demineralisasi, dan deasetilasi. Proses deproteinasi bertujuan mengurangi kadar protein dengan menggunakan larutan alkali encer dan pemanasan yang cukup. Proses demineralisasi dimaksudkan untuk mengurangi kadar mineral (CaCO3) dengan menggunakan asam konsentrasi rendah untuk mendapatkan chitin, sedangkan proses deasetilasi bertujuan menghilangkan gugus asetil dari chitin melalui pemanasan dalam larutan alkali kuat dengan konsentrasi tinggi (Yunizal dkk, (2001),  Proses deasetilasi dengan menggunakan alkali pada suhu tinggi akan menyebabkan terlepasnya gugus asetil (CH3CHO-) dari molekul chitin. Gugus amida pada chitin akan berikatan dengan gugus hidrogen yang bermuatan positif sehingga membentuk gugus amina bebas –NH2 (Mekawati, E. Fachriyah dan D. Sumardjo.2000,). Dengan adanya gugus ini chitosan dapat mengadsorpsi ion logam dengan membentuk senyawa kompleks (khelat). Tahap dekolorisasi dapat ditambahkan agar kitosan yang dihasilkan mempunyai warna yang lebih putih.     DAFTAR PUSTAKA Shahidi F, Arachchi J, Jeon YJ. 1999. Food applications of chitin and chitosans. Trends Food Sci Technol 10:37-51 Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2002. Biologi. Jakarta: Erlangga. Hal. 97-105. Sumardjo, Damin. 2008. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC. Karmana, Oman, (2007), Cerdas Belajar Biologi, Grafindo Media Pratama, Bandung. Yunizal dkk, (2001), “Ekstraksi Chitosan dari Kepala Udang Putih (Penaeus merguensis)”. J. Agric. Vol. 21 (3), hal 113-117 Mekawati, E. Fachriyah dan D. Sumardjo.2000, “Aplikasi Chitosan Hasil tranformasi Chitin Limbah Udang (Penaeus merguiensis) untuk Adsorpsi Ion Logam Timbal”. Jurnal Sains and Matematika, FMIPA Undip, Semarang, Vol. 8 (2), hal. 51-54

Sumber: