Soal Sawit Anjlok, Gubernur Bengkulu Mengaku Belum Ada Miliki Solusi

Soal Sawit Anjlok, Gubernur Bengkulu Mengaku Belum Ada Miliki Solusi

Ilustrasi--

RASELNEWS.COM, BENGKULU- Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah mengaku belum memiliki solusi mengatasi rendahnya  harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Provinsi Bengkulu.

Hasil pertemuan gubernur se-Sumatera untuk menyampaikan aspirasi kepada Menko Perekonomian untuk disampaikan kepada Presiden terkait rendahnya harga TBS, tidak memberikan solusi peningkatan harga kelapa sawit di tingkat petani.

"(Harga TBS sawit rendah, red) sampai saat ini belum ada solusinya. Namun aspirasi itu sudah kami sampaikan,” ujar Gubernur, Minggu (10/7).

Penyebab anjloknya harga TBS bermula dari adanya larangan ekspor CPO. Namun pemerintah sudah mengizinkan kembali ekspor CPO. Hanya saja, harga di tingkat petani tetap tidak meningkat, malah cenderung semakin turun.

BACA JUGA:Warga Larang Pasir Besi Dibawa Keluar

Gubernur mengatakan pemerintah sedang merumuskan kebijakan agar ekspor CPO bisa kembali normal. Sebelumnya kebijakan larangan ekspor CPO disebabkan harga minyak goreng yang terlalu tinggi. Namun kebijakan tersebut malah memunculkan persoalan baru karena harga TBS sawit menjadi anjlok.

Sedangkan harga minyak goreng, juga tidak mengalami penurunan drastis. Disampaikan Rohidin, persoalan ini merupakan kebijakan negara, tidak bisa diselesaikan tingkat daerah. Untuk itu Gubernur meminta masyarakat bersabar dan tidak melakukan tindakan anarkis. "Kita tunggu saja. Yang pasti aspirasi sudah sampaikan," klaim Gubernur.

Sementara itu, harga TBS semakin rendah di tingkat petani, hanya mencapai Rp800 perkilogram. Padahal harga yang ditetapkan Tim Perumus harga TBS Kelapa Sawit Provinsi Bengkulu mencapai Rp1900 di tingkat pabrik.

Salah seorang petani, Saridi, mengatakan harga TBS sawit tidak seimbang dengan tingginya harga pupuk. Ditambah lagi pupuk bersubsidi sulit didapat untuk memenuhi kebutuhan petani kelapa sawit.
"Harga pupuk tinggi, sedangkan harag TBS rendah. Belum lagi harga kebutuhan pokok lainnya, juga ikut naik. Petani semakin terjepit," keluhnya. (cia)

Sumber: gubernur bengkulu