Harga TBS Sawit di Bengkulu Masih Lesu, Peramal CPO Sudah Memprediksi

Harga TBS Sawit di Bengkulu Masih Lesu, Peramal CPO Sudah Memprediksi

pemerintah tetapkan harga kelapa sawit di bengkulu-Istimewa/ raselnews.com-raselnews.com

JAKARTA, RASELNEWS.COM - Harga jual Tandan Buah Segar (TBS) sawit saat ini masih lesu.

Belum ada kenaikan yang signifikan. Bahkan di Provinsi Bengkulu, harga per kilo TBS sawit dibawah Rp2.000. 

Kabupaten Bengkulu Selatan misalnya petani hanya menerima harga Rp1.400 per Kg. Harga ini tak sebanding lagi dengan harga pupuk non subsidi dan sarana pertanian lainnya, contohnya racun.

BACA JUGA:Ambil Pupuk Sawit Ratusan Kilo Tapi Tak Bayar, Warga Sumsel Dibekuk Polisi

Namun apa daya, tren penurunan harga jual minyak sawit mentah (CPO) masih terjadi.

Bahkan, pada akhir tahun 2022, para peramal harga CPO telah memperkirakan adanya tren penurunan harga jual CPO pada tahun 2023.

Pemerintah telah melakukan upaya untuk membatasi kuota ekspor melalui mekanisme Domestic Market Obligation (DMO) dengan tujuan untuk memastikan ketersediaan minyak goreng yang terjangkau bagi masyarakat, namun hal ini tidak berdampak pada harga sawit.

BACA JUGA:Diguga Gelapkan Buah Sawit, Tiga Karyawan PT. MSL Warga Seluma Ditangkap Polisi

Sebaliknya, harga Tandan Buah Segar (TBS) turun secara drastis sebesar Rp1000 per kilogram.

Menurut hukum pasar, jika jumlah barang terbatas, harga jual barang akan cenderung naik sesuai dengan permintaan pasar.

Namun, sebagai komoditas ekspor, permintaan pasar global saat ini cenderung stagnan atau menurun karena beberapa negara tujuan ekspor CPO dan produk turunannya masih mengalami krisis ekonomi.

BACA JUGA:Menteri Luhut Minta Pengusaha dan Petani Kelapa Sawit Lapor ke Pemerintah, Untuk Apa?

Pusat Data Bisnis (PDBI) telah menganalisis beberapa hubungan sebab akibat dalam hal ini.

Beberapa negara tujuan ekspor mengalami penurunan permintaan CPO dan produk turunannya, termasuk permintaan pasar dari Cina atau Tiongkok yang merupakan negara tujuan ekspor terbesar kedua setelah India.

Perekonomian Cina mulai melambat sejak akhir tahun 2022 karena banyak negara konsumen produk Cina telah mengurangi permintaannya, sehingga berdampak pada perekonomian Tiongkok dan juga menurunkan konsumsi serta permintaan impor.

BACA JUGA:Fakta Mengejutkan! Ekspor Kelapa Sawit Bengkulu Nol Persen, Padahal Daerah Ini Penghasil Sawit Terbesar

Selain itu, laporan kuartal pertama tahun 2023 menunjukkan penurunan hasil penjualan perusahaan kelapa sawit yang telah terdaftar sebagai perusahaan terbuka (Tbk). Hal ini disebabkan oleh penurunan produksi CPO dan penurunan harga jual CPO. (red)

Sumber: