Terus Merugi, Pengusaha Pertashop Dibayangi Penyitaan Aset

Terus Merugi, Pengusaha Pertashop Dibayangi Penyitaan Aset

Pertashop terancam tutup karena harga yang kalah bersaing-istimewa-raselnews.com

JAKARTA, RASELNEWS.COM - Pengusaha Pertashop mulai dibayangi penyitaan aset oleh bank.

Apalagi menurut Ketua Paguyuban Pertashop Jateng-DIY DPC, Gunadi Broto Sudarmo, menyebut sudah ada ratusan pengusaha Pertashop mengalami kerugian karena selisih harga jual antara Pertamax dan Pertalite yang cukup besar.

Ia mencatat bahwa ada 201 dari total 448 Pertashop yang mengalami kerugian.

BACA JUGA:Berita Duka, Jemaah Haji yang Hilang di Arab Saudi Ditemukan Meninggal Dunia

Gunadi menjelaskan bahwa masalah ini telah terjadi sejak beberapa waktu yang lalu, ketika harga jual Pertamax mengalami kenaikan hingga mencapai Rp 13.300, dan saat ini dijual antara Rp 12.400 hingga Rp 13.100 di berbagai lokasi di Indonesia.

Sementara itu, harga jual Pertalite naik dari Rp 6.750 menjadi Rp 10.000 per liter pada tahun lalu. Hal ini berarti terdapat selisih harga yang signifikan.

BACA JUGA:Informasi Pelantikan 15 Kepala Desa di Bengkulu Selatan, Bupati: Akhir Bulan Ini
Gunadi menyatakan bahwa kenaikan harga Pertamax pada bulan April 2022 sebesar Rp 12.500 telah mengganggu pendapatan para pengusaha Pertashop.

"Dari 448 Pertashop, sudah 201 yang merugi. Dan pengusaha Pertashop terancam untuk disita asetnya karena tidak mampu membayar angsuran bulanan kepada bank terkait," kata Gunadi.

Ia mengungkapkan bahwa sebagian besar pengusaha Pertashop mengandalkan pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari lembaga perbankan.

BACA JUGA:Ditindih Tetangga Saat Tidur, Siswi SMA di Seluma Melawan, Padahal Sudah Buka Celana

Dengan menurunnya keuntungan dan beban operasional yang tetap, Gunadi menyebut bahwa hal ini menjadi kerugian bagi pengusaha tersebut.

Masih berkaitan dengan disparitas harga, Gunadi menjelaskan bahwa data per Desember 2022 menunjukkan bahwa 47 persen Pertashop hanya mampu menjual dalam kisaran 0-200 liter per hari.

Dengan tingkat penjualan seperti itu, pengusaha Pertashop mengalami kerugian.

BACA JUGA:Pendaftaran ASN Dibuka! KemenPAN-RB Siapkan 1 Juta Formasi, Simak Cara dan Link Mendaftar CPNS dan PPPK 2023

"Dengan omzet 200 liter per hari, berapa keuntungannya? Mari kita hitung, omzet 200 liter per hari dikalikan dengan 30 hari, maka hasilnya adalah 6.000 liter.

Margin kita adalah Rp 850 per liter, sehingga keuntungan kotor adalah Rp 5.100.000 per bulan. Namun, dalam operasional, terdapat biaya gaji untuk minimal 2 orang operator, yaitu Rp 4 juta dengan masing-masing Rp 2 juta, ada iuran BPJS, kerugian, dan lain sebagainya," paparnya.

"Jadi, dapat dikatakan bahwa 47 persen pengusaha Pertashop dengan omzet seperti itu mengalami kerugian, dan ini belum termasuk kewajiban kepada bank," tambahnya.

BACA JUGA:Berayun di Akar Pohon Lalu Terjatuh, Pelajar di Seluma Tenggelam di Sungai Talo

Pada kesempatan tersebut, Gunadi menjelaskan bahwa penurunan penjualan terjadi sejak bulan April 2022 tahun lalu. Salah satu alasan utamanya adalah pengaruh harga minyak dunia yang juga memengaruhi harga jual BBM non-subsidi seperti Pertamax CS.

Berdasarkan data yang disampaikannya, pada Januari hingga Maret 2022, terlihat bahwa rata-rata omzet penjualan Pertashop mencapai antara 30 ribu hingga 38 ribu liter per bulan ketika harga jual Pertamax masih Rp 9.000 per liter.

BACA JUGA:Dua Pejabat Dinas Dikbud Bengkulu Selatan Terancam Disanksi, Apa Sebab?

"Namun, setelah terjadi disparitas harga antara Pertamax dan Pertalite, omzet langsung turun secara drastis sejak bulan April.

Sumber: