Harga Pupuk di Bengkulu Selatan Kian Mahal
Ilustrasi harga pupuk non subsidi semakin mahal-istimewa-Istimewa
RASELNEWS.COM, BENGKULU SELATAN - Akhir-akhir ini harga pupuk kimia kemasan non subsidi semakin mahal di pasaran Kabupaten Bengkulu Selatan.
Kenaikan harga pupuk ini cukup signifikan dari harga normal sebelum Lebaran Idul Fitri 1443 Hijriyah lalu.
Untuk pupuk kimia non subsidi jenis phonska kemasan 25 kilogram, saat ini harganya Rp 365 ribu per sak. Padahal, dua bulan lalu hanya Rp 340 ribu per saknya. Sedangkan pupuk urea, per saknya sudah Rp 576 ribu, pupuk KCL Rp 530 ribu, SP 46 Rp 450 ribu per sak. Pupuk mutiara kelas 1 sudah Rp 800 ribu per saknya.
BACA JUGA:Tabrak Pohon Mangga Mobil Kades Remuk
Kenaikan harga ini tentu membuat para petani menjerit. Apalagi harga sejumlah komoditi unggulan perkebunan dan pertanian stagnan bahkan cendrung turun. Terutama harga hasil perkebunan kelapa sawit.
“Kenaikan pupuk ini secara langsung dari pabriknya. Kami tidak tahu persis alasan kenaikan pupuk, karena kami hanya sebagai penyalur saja,” kata Elpen (30) pemilik Toko Pupuk Sinar Tani Kutau.
Tak hanya pupuk kimia, namun nutrisi cair semprot juga mengalami kenaikan harga signifikan. Tak ayal, para petani lebih banyak memilih pupuk cair kemasan kecil, agar biaya pembelian pupuk dapat diminimalisir.
“Pupuk cair sudah di atas Rp 100 ribu per kemasan, itu kemasan yang kecil. Kalau kemasan besar, sudah dua kali lipat di atas itu harganya. Namun petani tetap membeli pupuk ini karena memang dibutuhkan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman,” bebernya.
BACA JUGA:Kasus PMK Makin Tinggi, Wajib Desinfeksi Kandang Ternak
Sementara itu, Rudianto (50) petani padi di Kecamatan Pino Raya, mengaku sangat keberatan dengan harga pupuk yang kian melambung tinggi saat ini. Baginya, kenaikan harga pupuk sudah tidak sebanding dengan nilai jual gabah kering padi (GKP) saat ini.
“Gabah kering paling dijual Rp 400 ribu per kilogram. Kalau sawah itu satu hektar, paling tidak butuh 500 kg pupuk kimia. Jika dihitung, petani sangat merugi dengan kenaikan pupuk ini,” bebernya.
Tak hanya itu sambung Rudianto, selain harganya mahal petani juga kesulitan mendapatkan pupuk. Saat petani butuh terkadang stok pupuk kosong. “Petani sekarang ibarat sudah jatuh ditimpa tangga. Harga pupuk mahal, keberadaannya sulit didapat. Entah kemana lagi kami (petani) mengeluh. Pemerintah sudah seperti tutup mata dengan jeritan masyarakat,” sindirnya. (rzn)
Sumber: rezan okta wesa