Gawat! Ancaman El Nino dan Kemarau Di Indonesia Kian Nyata, BMKG Keluarkan Peringatan Ini

Gawat! Ancaman El Nino dan Kemarau Di Indonesia Kian Nyata, BMKG Keluarkan Peringatan Ini

Ancaman El Nino dan Kemarau sebabkan kekeringan-istimewa-raselnews.com

BACA JUGA:Pengumuman! Higgs Domino Island Benar Benar Tutup Jika Hal Ini Terbukti, Buktikan Saja

Karena curah hujan baru akan diprediksi terjadi pada September 2023, itupun intensitasnya masih di bawah normal.

Ciri ciri hujan belum akan terjadi normal adalah langit di sejumlah wilayah Indonesia semakin berwarna cokelat hingga cokelat kehitaman.

Berdasarkan prediksi BMKG pada bulan September 2023 hujan sudah terjadi, tetapi intensitasnya masih sangat rendah, yakni 0 hingga 20mm/bulan di beberapa wilayah Indonesia.

BACA JUGA:Pinjaman KUR BRI Cicilan Rp 30.000 Per Bulan, Mau? Begini Caranya

BACA JUGA:Tiga Mahluk Paling Sakti Di Dunia, Diyakini Bisa Hidup Kekal, Semuanya Ada Di Indonesia

Beberapa wilayah di Indonesia yang rawan kekeringan akibat El Nino dan kemarau adalah  pulau Jawa, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

Khusus di Pulau Sumatera wilayah yang paling terdampak El Nino dan kemarau meliputi, Aceh, Lampung, Palembang dan Bengkulu.

BACA JUGA:FIX! Higgs Domino Island Disembunyikan Google, Update HDI Versi N Diarahkan ke X8 Speeder Originial

BACA JUGA:Cukup Anda Yang Tahu! Ini Tiga Kunci Sukses, Semuanya Mudah dan Bisa Dipelajari

"Prediksi kami intensitas hujan akan normal pada bulan November," katanya.

Pada tahun 2019 lalu Indonesia juga pernah mengalami fenomena El Nino dan IOD positif secara bersamaan.

Akibatnya saat itu terjadi beberapa lokasi mengalami kebakaran hutan dan lahan.

Kekeringan melanda sejumlah daerah, hingga masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih dan terkendala bertani.

BACA JUGA:SIAL! Dikira Obat Tetes Mata Ternyata Lem Super, Begini Jadinya

BACA JUGA:Pas di Kantong! Angsuran KUR BRI Ini Hanya Rp300 Ribu Per Bulan, Ini Syarat dan Ketentuannya

Berdasarkan data BMKG tahun 2019 menjadi tahun dengan jumlah kasus kebakaran hutan dan lahan cukup tertinggi akibat kekeringan yang terjadi pada bulan Juli hingga Oktober.

Saat itu kondisi cuaca Indonesia benar benar ekstrem hingga menciptakan banyak titik panas atau hotspot yang menyebar di beberapa wilayah.

BACA JUGA:Mau Pinjam Uang Angsuran Rp 29 Ribuan? Datang Saja ke BRI, Simak Ketentuannya

BACA JUGA:Kasus Video Syur 47 Detik: Rebecca Klopper akan Dipanggil Bareskrim

Meliputi wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sumatera Timur, Riau, Jambi, sebagian Jawa, hingga Papua bagian selatan.

"Seingat saya pada tanggal 19 September 2019 itu titik api, titik panas mencapai 4.421," ujarnya.

Tidak tanggung tanggung, berdasarkan catatan Bank Dunia kerugian yang dialami akibat musim panas di Indonesia tahun 2019 mencapai Rp 77 triliun.

BACA JUGA:Pencinta Kuliner Merapat! Pemkab Kaur Gelar Festival Gurita 21 Juni 2023 di Pantai Laguna

BACA JUGA:Bikin Gerah! Pimpinan Ponpes Al Zaytun Panji Gumilang Sebut Masjid Tempat Orang Putus Asa dan Pelit

Sementara itu, saat ini di beberapa wailayah masyarakat Indonesia sudah kesulitan mendapatkan air bersih.

Petani di beberapa daerah juga sudah kesulitan menggarap lahan sawah karena kekurangan air, terutama sawah tadah hujan.

Jika kondisi ini berlangsung lama tentu akan berdampak terhadap ekonomi dan sosial masyarakat.

Terutama soal ketahanan pangan lokal yang terancam menipis. Jika ini terjadi maka secara otomatis akan berdampak juga pada inflasi. (red)

Sumber: dikutip dari berbagai sumber terpercaya