Menkeu Pangkas Tarif Ekspor Kelapa Sawit, Pengusaha Berharap Industri Pulih

Sabtu 21-09-2024,15:31 WIB
Reporter : Aman Santoso
Editor : Andri Irawan 01

RASELNEWS.COM - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Eddy Martono, berharap ekspor kelapa sawit dan produk turunannya segera meningkat setelah pemerintah memutuskan untuk memangkas tarif pungutan ekspor.

Kebijakan ini diyakini dapat membuat harga minyak sawit menjadi lebih kompetitif.

“Ini memang sesuai harapan para pelaku usaha karena penurunan ekspor kita disebabkan salah satunya oleh harga minyak nabati lain, seperti minyak bunga matahari, yang lebih murah dibandingkan minyak sawit,” ujar Eddy.

BACA JUGA:Ninja Sawit Meresahkan Petani Bengkulu Selatan, Polsek Kedurang Ilir Undang Pemilik RAM

BACA JUGA:Siswi SMP di Kaur Diperkosa di Pondok Kebun Kelapa Sawit, Pelaku Tetangga Korban

Tarif baru ekspor minyak sawit mentah (CPO) kini ditetapkan sebesar 7,5 persen dari harga referensi yang ditetapkan secara berkala oleh Kementerian Perdagangan.

Aturan ini tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/2024 tentang Tarif Layanan Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menandatangani peraturan tersebut pada 11 September 2024, dan mulai berlaku pada 21 September 2024.

BACA JUGA:Diduga Ada Makelar Tanah Dibalik Polemik Perkebunan Sawit di Bengkulu Selatan, Jaksa Turun Tangan

BACA JUGA:Tertimpa John Deere Bermuatan 3 Ton TBS, Operator Perusahaan Sawit di Seluma Meninggal Dunia, Mandor Selamat

Selain itu, tarif pungutan ekspor untuk palm kernel dan bungkil inti sawit ditetapkan sebesar US$25 per ton.

Sementara itu, tarif ekspor untuk produk turunan sawit berada pada kisaran 3 persen, 4,5 persen, dan 6 persen dari harga referensi Kementerian Perdagangan.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor CPO Indonesia pada Agustus 2024 mengalami penurunan tahunan sebesar 26,39 persen.

BACA JUGA:Petani Sawit Bengkulu Selatan Tersenyum, Harga TBS Naik Nih

BACA JUGA:Genjot Produksi Kelapa Sawit, Pemda Bengkulu Selatan Lakukan Ini

Eddy mengaitkan penurunan ini dengan harga minyak sawit yang kurang kompetitif. "Selain itu, tentu juga dipengaruhi oleh masalah ekonomi global," tambahnya.

Eddy menegaskan bahwa asosiasi pengusaha tidak melakukan negosiasi dengan pemerintah untuk memotong pungutan ekspor.

Mereka hanya melaporkan kondisi pasar, terutama setelah mengunjungi negara-negara importir, seperti Tiongkok.

BACA JUGA:Beraksi di Siang Bolong, Pencuri TBS Kelapa Sawit di Seluma Babak Belur Dihajar Massa

BACA JUGA:Dugaan Korupsi Replanting Kelapa Sawit di Bengkulu Selatan Naik Status, Simak Penjelasan Jaksa

Ia juga menambahkan bahwa negara-negara importir seperti Tiongkok mengurangi pembelian produk turunan kelapa sawit karena harga minyak nabati lainnya lebih murah.

Kategori :