Kerugian Akibat Penyakit Ngorok Pada Sapi di Kabupaten Kaur Capai Rp 1,5 Miliar Lebih

Senin 02-12-2024,11:29 WIB
Reporter : Andri Irawan 01
Editor : Andri Irawan 01

RASELNEWS.COM – Wabah penyakit ngorok atau Septicaemia Epizootica (SE) yang menyerang sapi dan kerbau sempat mengganas, mengakibatkan kerugian materi yang cukup besar bagi para peternak di Kabupaten Kaur.

Total kerugian yang dialami masyarakat akibat wabah ini diperkirakan melebihi Rp 1,5 miliar.

Kerugian tersebut disebabkan oleh banyaknya ternak yang mati sebelum sempat disembelih dan dijual.

BACA JUGA:Berproduksi Sejak 2018, Pabrik Bakso Ini Ternyata Bukan Berbahan Daging Sapi, Pemilik Ditetapkan Tersangka

Kabid Peternakan Dinas Pertanian Kabupaten Kaur, drh. Rakhmad Fajar menyebut berdasarkan penghitungan hingga saat ini, total kerugian akibat penyakit ngorok di Kabupaten Kaur mencapai lebih dari Rp 1,5 miliar.

"Ternak yang mati rata-rata berumur dewasa. Jika dijual dalam kondisi sehat, harganya bisa mencapai Rp 10 juta per ekor," ujarnya.

BACA JUGA:Razia Hewan Ternak, 30 Satpol PP Bengkulu Selatan Dikerahkan, 4 Ekor Sapi Diamankan

Hingga akhir November, ada 153 ekor sapi dan kerbau milik warga dilaporkan mati akibat wabah penyakit ngorok.

Jumlah tersebut kemungkinan lebih besar, mengingat ada ternak yang mati namun tidak dilaporkan ke petugas kesehatan hewan.

"Alhamdulillah, saat ini kondisi mulai mereda. Namun, kejadian ini tetap membawa kerugian besar bagi para peternak," tambah Rakhmad.

BACA JUGA:15 Sapi Terbesar di Dunia, Ada yang Beratnya 2 Ton, Cocok Untuk Kurban Nih

Sebagai langkah pencegahan, Dinas Pertanian Kabupaten Kaur terus melakukan penyuntikan vaksin kepada ternak-ternak milik warga.

Meski begitu, tingkat kesadaran masyarakat untuk memvaksin ternaknya masih tergolong rendah. Padahal, pemerintah telah menyediakan 1.000 dosis vaksin untuk mengatasi wabah ini.

BACA JUGA:Warga Desa Talang Padang Temukan Sesuatu di Perut Sapi yang Dimutilasi

"Beberapa hari terakhir, laporan mengenai kasus baru memang sudah tidak ada. Namun, ancaman tetap ada, terutama di musim penghujan seperti sekarang," demikian Rakhmad. (**)

Kategori :