Hubungan Penyakit Penyerta dengan Penyakit Covid-19 Serta Kelangsungan Hidup Pasien Berdasarkan Lama Perawatan
Oleh: LITA TRI ASTARI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
BY DATA ANALISIS SPSS VERSI 26
PENDAHULUAN
Infeksi yang disebabkan oleh coronavirus jenis baru, yakni: severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2), merupakan salah satu permasalahan kesehatan global. World Health Organisation (WHO) memberi nama atau identitas penyakit yang disebabkan SARS-CoV-2 sebagai coronavirus disease 2019 atau yang dikenal juga dengan istilah COVID-19. Proses transmisi antarmanusia yang cukup tinggi menyebabkan virus ini dengan cepat menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia, dari yang pada mulanya menjadi wabah di Wuhan, Provinsi Hubei, China. Sampai saat ini, penularan SARSCoV-2 diyakini melalui droplets yang dikeluarkan ketika seseorang yang terinfeksi bersin atau batuk dan kontak. Droplets tersebut kemudian dapat terhirup secara langsung melalui saluran pernapasan atau masuk ke saluran napas melalui tangan yang terpapar virus karena menyentuh permukaan benda yang terdapat virus. Diperkirakan satu orang dapat menyebarkan virus kepada dua sampai tiga orang yang berarti SARS-CoV-2 lebih menular dibandingkan dengan infeksi coronavirus yang lain, yakni: Middle East Respiratory Syndrome coronavirus (MERSCoV) Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO mengumumkan bahwa COVID-19 menjadi pandemic di dunia. Kasus COVID-19 pertama di Indonesia dikonfirmasi pada tanggal 2 Maret 2020 berjumlah 2 orang. Sampai 3 September 2020, kasus COVID-19 di Indonesia sudah mencapai 184.268 kasus konfirmasi yang menempati peringkat ke 23 total kumulatif kasus COVID-19 di dunia (1) Analisis Data Covid-19 Indonesia Per 11 Oktober 2020 di Indonesia yaitu jumlah angka kasus aktif 66.578 (20%), penambahan kasus positif 4.497, jumlah kasus sembuh 255.027(76,5%) dan jumlah kasus meninggal 11.844 (3,6%) dengan asumsi jumlah penduduk Indonesia 267 juta jiwa. Pada grafik penambahan kasus meninggal mingguan dan angka kematian tertinggi pada provinsi di urutan pertama sampai kelima yaitu pertama Provinsi Jawa Timur 7,29%, Nusa Tenggara Barat 5,82%, Jawa Tengah 5,70%, Sumatera Selatan 5,48 % dan di posisisi kelima Provinsi Bengkulu 4,86%. Kecepatan laju kematian Covid-19 Positif di provinsi dalam 1 minggu terakhir di Provinsi Bengkulu yaitu 0,100023055. (2) Pada tanggal 27 Mei, WHO menerbitkan panduan yang telah diperbaharui mengenai penanganan klinis COVID-19. Panduan ini diperluas untuk dapat memenuhi kebutuhan dokter dan menggalakkan pendekatan multidisipliner dalam perawatan pasien yang terinfeksi COVID-19, termasuk pasien dengan penyakit ringan, sedang, parah, dan kritis. WHO membagikan panduan ini untuk Kemenkes dan menyebarluaskannya kepada organisasi profesional dan tenaga klinis. (1). Berdasarkan latar belakang tersebut dapat terlihat bahwa di Provinsi Bengkulu masuk dalam kategori provinsi yang terkena dampak dari inseiden pandemic Covid-19 ini. Sebagai provinsi yang termasuk terkena dampak pandemic Covid-19 ini penulis bertujuan untuk memaparkan pengobatan dua jenis obat yaitu obat dengan golongan antibiotika dan antivirus yang digunakan pada pasien Covid-19 di RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Kota Bengkulu. Penelitian ini akan dilaksanakan selama .pada Bulan Juni hingga Bulan Juli 2021. Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif cross sectional yaitu ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara factor-faktor resiko dengan efek, dengan cara observasi pengumpulan data pada satu saat.. Populasi Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah pasien tekonfirmasi positif COVID-19 dengan gejala di RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu dalam kurun waktu tiga bulan terakhir yaitu April, Mei hingga Juli 2021 Kriteria Inklusi Responden pasien covid 19 yang berada diruang fatmawati RSUD M.Yunus, diatas 21 tahun, dengan gejala dan dengan komorbiditas. Kriteria Ekslusi pasien pediatric, pasien mortalitas dan pasien tanpa gejala. Teknik Pengambilan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan dengan cara pengambilan data di rekam medis pasien , data catatan pengobatan antibiotic dan antivirus pasien COVID-19 dari kepala instalasi farmasi RSUD setelahnya data akan diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS (Statistical Product and Service Solutions). Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan yaitu Teknik analisis data yang digunakan yaitu Analisa data dilakukan dengan tiga kali tahapan yaitu analisis univariat, analisis bivariate dan analisis multivariate. Analisis deskriptif untuk menganalisis data kuantitatif yang akan diolah menurut perhitungan untuk masing-masing variabel penelitian. Analisis deskriptif ini berusaha memberikan penjelasan atau gambaran mengenai berbagai karakteristik data. Hubungan Penyakit Penyerta (Komorbid) Pasien di RSUD DR M Yunus dengan Covid-19 Berdasarkan hasil analisis data menggunakan software SPSS versi 26 melalui uji Univariat, Uji Bivariat dan Uji Multivariat. Pada Uji Univariat Penyaakit Penyerta pasien dibagi menjadi empat kategori yaitu : Penyakit DM, Asma, Hipertensi, Lainnya, kategori penyakit dikelompokkan menjadi empat kelompok dikarenakan kategori yang nilai harapannya kecil( kurang dari lima) digabungkan ke kategori lain. Pada Tabel. 2 dapat diketahui bahwa dari 94 orang responden terdapat 41 orang (43,6%) dengan penyakit penyerta diabetes mellitus, 21 orang (22,3%) dengan penyakit penyerta asma, 22 orang (23,4%) dengan penyakit penyerta Hipertensi dan 10 orang (10,6%) dengan penyakit penyerta lainnya. Dari data tersebut diketahui bahwa penykit penyerta terbanyak yang dimiliki pasien adalah penyakit Diabetes Melitus, kedua adalah penyakit asma, ketiga adalah penyakit Hiperteni, dan terakhir adalah penyakit penyerta lainnya. Untuk mengetahui hubungan penyakit penyerta (komorbid) dengan covid-19 digunakan uji Chi-Square (Pearson Chi Square). Hasil uji Pearson Chi Square didapat sebesar 19,381 dengan nilai asymp.sig (p)=0,000. Karena nilai p<0,05 maka ada hubungan yang signifikan antara penyakit penyerta (komorbid) dengan covid-19. Yang mana dikethui dari hasil penelitiaan ini bahwa pasien dengan komorbid Diabetes Melituss merupkan yang paling banyak di derita pasien yang terkonfirmaasi positif Covid-19, hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Roeroe (8) Diabetes melitus tipe 2 akan meningkatkan tingkat keparahan dan mortalitas dari pasien COVID-19 akibat faktor-faktor risiko yakni akibat adanya mekanisme hubungan antara diabetes melitus dengan COVID19 terkait dengan usia lanjut, obesitas, peradangan sistemik kronis, peningkatan aktivitas koagulasi, potensi kerusakan langsung pankreas, perubahan ekspresi reseptor ACE2, disregulasi jumlah dan aktivitas sel imun, disfungsi alveolar, dan disfungsi endotel yang dapat secara tidak langsung memengaruhi ke arah komplikasi yang lebih parah akibat COVID-1. Pada penyakit asma peneliti belum menemukan referensi yang sesuai dengan penelitian yang di dapatkan, akan tetapi peneliti menarik kesimpulan antara hubungan penyakit asma dengan Covid-19, diakibatkan karena penyakit asma merupakan penyakit yang paling rentan repapar melalui factor internal dan eksternal oleh. Faktor risiko asma dapat dibagi menjadi 3 domain besar, yaitu alergen, iritan, dan hal-hal lain yang tidak tergolong dalam alergen maupun iritan (9). Faktor risiko asma yang mempengaruhi perkembangan dan ekspresi asma terdiri dari faktor internal (host factor) dan faktor eksternal (environmental factor). Faktor internal terdiri dari genetik, obesitas, jenis kelamin, usia, aktivitas fisik, dan ekspresi emosi yang kuat atau berlebihan. Sedangkan faktor eksternal meliputi occupational irritant, infeksi virus di saluran nafas, alergen, asap rokok, polusi udara, obat-obatan, dan perubahan suhu terkait perubahan musim atau kondisi geografis lainnya (10) Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah sebuah kondisi medis saat seseorang mengalami peningkatan tekanan darah atas normal. Akibatnya, volume darah meningkat dan saluran darah menyempit. Oleh karena itu, jantung harus memompa lebih keras untuk menyuplai oksigen dan nutrisi ke setiap sel di dalam tubuh (11) dan hipertensi sering disebut sebagai pembunuh terselubung. Hipertensi tidak memberikan gejala kepada penderita. Namun bukan berarti hal ini tidak berbahaya Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah yang sering terdapat pada usia pertengahan atau lebih, yang ditandai dengan tekanan darah lebih dari normal. Hipertensi menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang mengakibatkan makin meningkatnya tekanan darah. Seseorang dengan masalah jantung dan pembuluh darah disebut memiliki daya tahan tubuh yang rendah sehingga infeksi virus bisa lebih mematikan. Sebaliknya, infeksi pada saluran pernapasan juga menyebabkan kerja jantung dan pembuluh darah jadi lebih berat karena suplai oksigen berkurang. Meskipun belum ada penelitian yang membuktikan bahwa penyakit bawaan memengaruhi kondisi pasien Covid-19. Kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti usia, genetik, dan juga gaya hidup yang tidak sehat. Pola makan tinggi gula, garam, lemak, serta tidak berolahraga menjadi faktor risiko hipertensi dan diabetes. Merokok, konsumsi alkohol, obesitas, dan stres juga meningkatkan risiko terkena hipertensi dan diabetes.(12) Analisis Means dan Medians untuk tingkat kelansungan hidup Grafik Pasien covid dengan komorbid Berdasarkan grafik terlihat bahwa pasien yang memiliki penyakit komorbid Diabetes Melitus memiliki tingkat kelansungan hidup rata – rata sekitar 11,9 % setelah menjalani perawatan selama sekitar lebih dari 12 hari. Pasien yang memilki penyakit komorbid Asma memiliki tingkat kelansungan hidup rata – rata sekitar 11,2 % setelah menjalani perawatan selama sekitar lebih dari 12 hari. Pasien yang memiliki penyakit komorbid Hipertensi memiliki tingkat kelansungan hidup rata – rata sekitar 12,1 % setelah menjalani perawatan selama sekitar lebih dari 12 hari. Pasien yang memiliki penyakit komorbid penyakit Hati memiliki tingkat kelansungan hidup rata – rata sekitar 11,2 % setelah menjalani perawatan selama sekitar lebih dari 12 hari. Serta pasien yang memiliki penyakit komorbid PPOK memiliki tingkat kelansungan hidup rata – rata sekitar 5 % setelah menjalani perawatan selama sekitar 8hari. Referensi : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2020) ‘Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MenKes/413/2020 Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)’, MenKes/413/2020, 2019, p. 207. Nursalam, Hidayati, L. and Sari, N. P. W. P. (2018) ‘Hubungan Faktor Risiko Asma Dan Perilaku Pencegahan’, Jurnal Ners, 4(1), pp. 9–18. Puspitorini, M. (2008) Hipertensi : Cara Mudah Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. yogyakarta: Image Press. Rifiana, A. J. and Suharyanto, T. (2020) ‘Hubungan Diabetes Mellitus dan Hipertensi dengan Kejadian Corona Virus Deases-19 (Covid-19) di Wisma Atlit Jakarta Tahun 2020’, Universitas Nasional, 19, pp. 1–15. Roeroe, P. A. L., Sedli, B. P. and Umboh, O. (2021) ‘Faktor Risiko Terjadinya Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) pada Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2’, e-CliniC, 9(1), pp. 154–160. doi: 10.35790/ecl.v9i1.32301.
Sumber: