Penghasil Gabah Terbesar di Bengkulu, Penyumbang Terbanyak Bukan Kota Bengkulu, Segini Total Produksi Setahun

Penghasil Gabah Terbesar di Bengkulu, Penyumbang Terbanyak Bukan Kota Bengkulu, Segini Total Produksi Setahun

Gabah Kering Giling-DOK-raselnews.com

Selain gabah, di daerah Seginim juga sudah ada tempat pengelolaan beras lokal premium.

Gabah yang dihasilkan petani kemudian dibeli dan dikelola untuk dijadikan beras berkualitas tinggi yang sudah dikemas dan memiliki merek dagang sendiri.

Hanya saja, selama ini pemasaran beras petani di Bengkulu belum maksimal. Wilayah penjualan masih sebatas memenuhi kebutuhan masyarakat lokal.

Akibatnya harga beras setiap tahunnya standar, tidak ada kenaikan yang signifikan.

BACA JUGA:Panen Kelapa Sawit, Poltak Dikejar Kakak Ipar Pakai Parang

Padahal, kualitas beras hasil pengelolaan lahan sawah di Bengkulu sangat baik dan bisa bersaing dengan beras dari daerah lain.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Bengkulu Selatan, Ir. Iskandar AZ menyampaikan, sejauh ini belum ada pasar khusus yang dapat menyerap produksi beras Bengkulu termasuk Bengkulu Selatan.

Untuk itu, Iskandar menargetkan kedepannya ada pihak kedua yang siap mendistribusikan serta memasarkan beras dari Bengkulu ke luar daerah.

BACA JUGA:Petani Tersenyum, Harga Sawit di Bengkulu Naik Rp150 Perkilogram, Harga CPO?

“Untuk produksi beras tahunan, Bengkulu Selatan ini cukup besar nilai produksinya, tetapi pemasaran masih sebatas lokal saja. Padahal sebaiknya beras ini masuk pasar nasional agar harganya bersaing,” jelasnya.

Dijelaskan Iskandar, pihanya beberapa kali mencoba program khusus untuk mendistribusikan beras Bengkulu Selatan agar menembus pasar nasional. Salah satunya melalui Market Place serta program warung tani.

“Tapi memang yang diharapkan itu kerjasama dengan pihak distributor beras, sehingga beras petani ini lebih cepat tersalurkan,” jelasnya.

BACA JUGA:Ternyata, Polisi Polres Bengkulu Selatan yang Dilaporkan ke Polda Bengkulu Berpangkat Perwira

Karena distribusi beras yang perputarannya lambat, para petani padi kerap menjual langsung gabah kering padi hasil panen.

Secara ekonomi penjualan gabah kering ini dinilai merugikan, karena keuntungan yang didapat lebih kecil dibandiingkan petani menjual beras.

Sumber: berbagai sumber