Misteri Struktur Batu GORNAYA SHORIA di Siberia, Benarkan Disusun Alien?

Misteri Struktur Batu GORNAYA SHORIA di Siberia, Benarkan Disusun Alien?

Batu GORNAYA SHORIA di Siberia--raselnews.com

Hingga saat ini, para peneliti yang meyakini situs megalitik Gornaya Shoria sebagai formasi batuan monolit buatan manusia terbesar percaya situs tersebut berfungsi untuk ritual keagamaan atau kepercayaan.

Keyakinan ini lahir setelah mempelajari bentuk dan formasi monolit di situs megalitik Gornaya Shoria. Spekulasi lain menyebut situs megalitik Gornaya Shoria dulunya digunakan untuk mengamati bintang atau astronomi, di mana kala itu berfungsi untuk melacak waktu dan penanggalan kalender.


Batu GORNAYA SHORIA di Siberia--raselnews.com

Para peneliti mempercayai fungsi tersebut karena situs megalitik Gornaya Shoria terletak di atas gunung, mengingat beberapa penemuan lain di gunung menunjukkan fungsi sebagai tempat pengamatan astronomi dan penanggalan kalender.

Situs megalitik bukanlah satu-satunya penemuan di Gornaya Shoria yang hingga saat ini masih belum terpecahkan. Daerah terpencil ini dipercaya menjadi salah satu bukti peradaban manusia di zaman purba.

Selain adanya situs megalitik dengan formasi batuan terbesar yang pernah dibuat dan dipindahkan oleh manusia, Gornaya Shoria juga memiliki cukup banyak gua-gua misterius. Teori mengenai bangsa raksasa juga lahir karena penampakan Yeti yang menurut kesaksian beberapa peneliti, bukan hanya terlihat satu atau dua kali.

BACA JUGA:Konsep Bengkulu Masa Depan, Beranda Ekspor Terbesar di Pesisir Barat Sumatera, Kuala Tanjung Kalah Jauh

BACA JUGA:Wow! Kejari Sebut Korupsi Dana Zakat, Infaq dan Sedekah di Baznas Bengkulu Selatan Terbesar di Indonesia

Para peneliti juga berspekulasi bahwa Gornaya Shoria dulunya merupakan kota emas yang menjadi pusat peradaban. Spekulasi dan teori tersebut tidak lahir begitu saja; para peneliti menemukan beberapa penemuan penting lain di Gornaya Shoria, seperti ditemukannya fragmen tulang jari manusia di tahun 2010.

Analisis menunjukkan DNA tulang tersebut berasal dari hominin baru yang akhirnya disebut sebagai Denisovan. Penemuan ini meyakini teori bahwa manusia modern bukanlah satu-satunya ras manusia yang hidup di zaman Pleistosen.

Selain itu, DNA Denisovan juga menunjukkan adanya perkawinan silang dengan manusia modern, hingga disimpulkan sekitar 5% DNA Melanesia dan Asia Timur berasal dari ras bangsa ini.

Spekulasi bahwa manusia di zaman itu yang tinggal di Gornaya Shoria memiliki teknologi modern diperkuat dengan ditemukannya alat musik tertua di tahun 2019.

Arkeolog menemukan sebuah seruling dari tulang burung yang disinyalir berusia 42.000 tahun. Para arkeolog juga menemukan bukti penggunaan api yang berasal dari 500.000 tahun lalu.

BACA JUGA:Fakta Mengejutkan! Ekspor Kelapa Sawit Bengkulu Nol Persen, Padahal Daerah Ini Penghasil Sawit Terbesar

BACA JUGA:Segitiga Kopi Emas Di Sumatera, Bengkulu Produksi Terbesar Ketiga di Indonesia, Lampung....

Penemuan tersebut menegaskan teori mengenai peradaban manusia purba yang mungkin sudah jauh lebih canggih dan modern daripada yang selama ini dibayangkan. Terlebih pada tahun 2021, para arkeolog juga menemukan benang dan manik-manik di gua Denisovan.

Fragmen benang ini dipercaya berasal dari 40.000 tahun silam dan merupakan bagian dari aksesoris atau pakaian manusia purba yang hidup di zaman itu.

Sumber: