BENGKULU, RASELNEWS.COM - Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan 2022 menyebutkan angka balita stunting Provinsi Bengkulu mencapai 19,8 persen. Jumlah ini turun dari 2021 yang mencapai 22,10 persen.
Persentase secara nasional, balita stunting di Indonesia tahun 2022 mencapai 21,6 persen dan Provinsi Bengkulu berada di urutan 27 nasional kasus stunting tertinggi pada tahun 2022 lalu.
BACA JUGA:Keberadaan Siswi SMP Bengkulu Selatan yang 3 Hari Tak Pulang Terdeteksi, Ternyata...
BACA JUGA:Tuntut PNS, Besok Ribuan Honorer Satpol PP Datangi Kemendagri dan KemePAN-RB
Sekda Provinsi Bengkulu Hamka Sabri mengatakan Pemprov Bengkulu terus mendorong agar angka gagal tumbuh atau stunting di Provinsi Bengkulu terus menurun.
"Kami menargetkan angka stunting bisa terus menurun. Untuk itu peran serta semua pihak sangat dibutuhkan agar program yang ada dapat berjalan optimal,” tegas Hamka, Rabu (1/3).
BACA JUGA:Viral Video Remaja Mencuri Rok di Jemuran,
BACA JUGA:Harus Tahu!!! 5 Keuntungan Ikut Pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK): Nomor 4 Buat Kantong Tebal
Hamka mengatakan dalam mengatasi stunting, ada dua prinsip yang perlu dilakukan. Yakni bagaimana agar tidak ada lagi anak yang lahir stunting di masa yang akan datang. Lalu menurunkan angka stunting yang sudah turun.
Dimana masa kehidupan 1000 hari bayi stunting dapat diperbaiki dengan asupan bergizi. "Pencegahan anak lahir stunting harus dilakukan sejak dini," tegas Sekda lagi.
BACA JUGA:Viral Siswa SMK Bawa Pedang ke Sekolah Usai Dimarahi Guru Olaharaga
BACA JUGA:Seleksi JPTP, Pemkab Seluma Libatkan Akademisi UNIB dan Unihaz
Terpisah, Kepala Bappeda-Litbang Provinsi Bengkulu Isnan Fajri mengaku akan terus mengawal penurunan angka stunting melalui koordinasi dengan pihak-pihak terkait.
Secara nasional Provinsi Bengkulu tidak termasuk 12 besar daerah dengan kasus stunting tertinggi, tetapi berada pada posisi 27 secara nasional.
"Kita akan terus mengejar agar angka kasus stunting tetap rendah,” tuntas Isnan.