Karomah KH Abbas Buntet, Hancurkan Pesawat Sekutu dengan Tasbih dalam Perang 10 November 1945 di Surabaya

Karomah KH Abbas Buntet, Hancurkan Pesawat Sekutu dengan Tasbih dalam Perang 10 November 1945 di Surabaya

Karomah KH Abbas Buntet, Hancurkan Pesawat Sekutu dengan Tasbih dalam Perang 10 November 1945 di Surabaya-istimewa-raselnews.com

Organisasi ini bertugas untuk memata-matai gerakan musuh. Sebelum tercapainya perjanjian Renville yang menyebabkan pemerintah dan tentara Indonesia hijrah ke Yogyakarta, pasukan Hizbullah yang dipimpin oleh Kiai Abbas bertahan di wilayah Legok, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Kuningan. Selama perang kemerdekaan itu, banyak santri dan ulama Pesantren Buntet yang gugur dalam pertempuran.

Beberapa di antara ulama dan kiai yang gugur dalam pertempuran adalah KH Mujahid, Kiai Akib, Mawardi, Abdul Jalil, dan Nawawi.

Puncak perlawanan laskar Hizbullah di bawah pimpinan Kiai Abbas terjadi saat pertempuran meletus pada tanggal 10 November 1945 di Surabaya. Salah seorang pengawal Kiai Abbas, bernama Abdul Wachid, membagikan pengalamannya saat mengawal Kiai Abbas ke Surabaya.

BACA JUGA:7 Orang Istimewa yang Doanya Mustajab

Bersama dengan Detasemen Hizbullah Resimen XII Divisi I Syarif Hidayat, Kiai Abbas berangkat pada tanggal 6 November 1945. Pasukan Kiai Abbas meninggalkan Markas Detasemen dan menuju stasiun Prujakan Cirebon naik Kereta Api Express.

Turut serta dalam rombongan tersebut adalah KH Achmad Tamin dari Losari, yang bertindak sebagai pendamping Kiai Abbas. Saat itu, Kiai Abbas terlihat mengenakan jas buka abu-abu, kain sarung plekat dengan sorban, dan menggunakan sandal japit dari kulit. Satu-satunya barang bawaan Kiai Abbas pada saat itu adalah sebuah kantong plastik yang berisi sandal bakyak.

BACA JUGA:Doa Laki-laki atau Perempuan Paling Makbul? Kisah Juraij Jadi Bukti

Ketika tiba di Stasiun Rembang, Jawa Tengah, sudah banyak orang yang menunggu. Rombongan Kiai Abbas kemudian diantarkan ke Pondok Pesantren Kiai Bisri di Rembang. Pada malam hari, diadakan musyawarah untuk menentukan komando atau pemimpin pertempuran.

Hasil musyawarah menunjukkan bahwa komando pertempuran diberikan kepada Kiai Abbas. Setelah salat subuh, Pondok Pesantren Rembang telah dipenuhi oleh para santri yang siap mati berjuang melawan penjajah.

Rombongan kemudian berangkat menuju Surabaya. Sebelum berangkat, Kiai Abbas memanggil Abdul Wachid dan meminta sandal bakyak yang telah dititipkan kepadanya saat berada di Cirebon. Kiai Abbas kemudian berangkat dengan menumpang mobil sedan kuno.

BACA JUGA:Ustadz Adi Hidayat Ungkap Momen Tepat Untuk Berdoa Dalam Shalat, Jarak Allah SWT Sangatlah Dekat

Di dalam mobil tersebut, selain Kiai Abbas, terdapat juga Kiai Bisri yang duduk di jok belakang, dan H. Achmad Tamin bersama sopir di bagian depan. Sementara para pengawal Kiai Abbas dari Cirebon diminta untuk tetap tinggal berjaga di Pesantren Rembang.

Ketika tiba di Surabaya, rombongan Kiai Abbas disambut dengan takbir yang menggelegar dan pekik merdeka. Para kiai kemudian masuk ke masjid dan melaksanakan salat sunnah. Selanjutnya, Kiai Abbas meminta KH Achmad Tamin untuk berdoa di tepi kolam masjid.

BACA JUGA:Telapak Tangan Tiba Tiba Gatal, Segera Berdoa, Itu Tanda Rezeki Akan Datang

Kepada Kiai Bisri dari Rembang, Kiai Abbas memohon agar dia memerintahkan para laskar dan pemuda yang akan berjuang melawan penjajah untuk mengambil air wudu dan meminum air yang telah diberkahi.

Setelah meminum air yang telah diberkahi tersebut, para pemuda yang tergabung dalam Badan Perjuangan Arek-arek Suroboyo tanpa rasa takut langsung menyerang tentara Sekutu hanya dengan bersenjatakan bambu runcing dan parang.

Melihat keberanian pemuda Indonesia, tentara Sekutu melepaskan tembakan ke segala arah. Korban dari kalangan pemuda sangat banyak, tetapi juga banyak serdadu Belanda yang tewas oleh bambu runcing.

BACA JUGA:UAH Sarankan Baca Doa Ini di Hari Jumat, Pendek Tapi Padat, Insya Allah Rezeki Datang dari Segala Arah

Dalam pertempuran tersebut, Kiai Abbas dan para kiai lainnya berada di tempat yang agak tinggi sehingga dapat memantau perkembangan pertempuran. Mengenakan sandal bakyak, Kiai Abbas berdiri tegak di halaman masjid sambil berdoa.

Sumber: