Setelah berhasil memproduksi telepon genggam, tantangan selanjutnya adalah mengadaptasi infrastruktur untuk mendukung sistem komunikasi telepon genggam tersebut.
BACA JUGA:Lowongan Kerja PT KAI, Posisi Supervisor Accounting, Usia Maksimal 35 Tahun
BACA JUGA:WhatsApp Luncurkan Flows, Fitur Satu Percakapan Tanpa Keluar Aplikasi
Misalnya dengan menciptakan sistem jaringan yang hanya membutuhkan 3 MHz spektrum. Spektrum ini setara dengan lima channel TV yang tersalur ke seluruh dunia.
Telepon genggam generasi pertama yang diciptakan oleh Cooper dan timnya disebut 1G dengan teknologi yang digunakan 1-G masih bersifat analog dan dikenal dengan istilah AMPS.
AMPS menggunakan frekuensi antara 825 Mhz- 894 Mhz dan dioperasikan pada Band 800 Mhz.
BACA JUGA:Nah Loh! E-Wallet Marak Digunakan Pelaku Judi Online, Kemenkominfo Bergerak
BACA JUGA:ASUS Siap Luncurkan Ponsel Pintar Kompak Zenfone 10 di Indonesia, Nih Keunggulannya
Karena bersifat analog, maka sistem yang digunakan masih bersifat regional.
Karena HP 1-G dinilai masih banyak kekurangan diantaranya ukurannya yang besar, bobot yang berat dan baterai kurang bertahan, akhirnya diciptakan generasi kedua atau 2-G.
Generasi kedua atau 2-G ini diproduksi tahun tahun 1990-an.
Pada tahun 90 an tersebut, jaringan 2G di Amerika sudah menggunakan teknologi CDMA.
Sedangkan di Eropa menggunakan teknologi GSM. Di Indonesia sendiri jaringan 2G melalui teknologi CDMA masuk pada awal tahun 2000an.
BACA JUGA:TEGAS! Menkominfo Minta OJK Blokir Rekening Judi Online
BACA JUGA:Fenomena 'Social Commerce' , Inovasi Perdagangan Digital yang Wajib Diketahui Pelaku UMKM
Ponsel dengan jaringan 2G mulai masuk ke Indonesia sejak tahun 2000an melalui sejumlah brand ponsel seperti Motorola, Nokia, Siemens, Ericsson dan lainnya.
Nokia 3310 dan Motorola V3 menjadi salah satu ponsel populer di Indonesia di tahun 2000an berkat banyaknya pengguna ponsel tersebut di tanah air.