“Saat ini pasokan TBS turun drastis, kami kekurangan TBS untuk memenuhi lumbung minyak. Per hari paling hanya 300 ton TBS yang masuk,” ujar KTU PT. SBS Sofjan Tjiawi.
BACA JUGA:Pendidikan Inklusi dalam Perspektif Islam: Merangkul Keberagaman dan Keadilan
BACA JUGA:Mau Beli Motor Matic Baru? Hati-hati Jangan Sampai Kecewa, Ini Tipsnya
Lanjut Sofjan, minimnya pasokan TBS juga berpengaruh langsung bagi distribusi CPO ke depot minyak di Pulau Baai Bengkulu.
Bahkan, pihak pabrik harus menunda pengiriman CPO sampai kapasitan tanki penampungan betul-betul penuh.
“Kondisi minimnya TBS sangat berpengaruh bagi biaya operasional pabrik. Kalau dipaksa mengelola TBS dibawah 300 ton, maka pabrik akan rugi. Termasuk jam kerja karyawan juga rugi,” sambungnya.
BACA JUGA:Shalat Rajin Tapi Maksiat Jalan Terus, Ini Kata Gus Baha
BACA JUGA:Syekh Ali Jaber Saran Amalkan Dzikir Ini Setiap Hari Agar Rezeki Dimudahkan
Selain minimnya pasokan TBS, pihak PKS juga mengeluhkan banyaknya TBS tidak matang yang dikirim petani. Bahkan, ada beberapa TBS yang masih hitam masuk ke penggilingan dan menyebabkan hasil CPO tidak maksimal sehingga berpengaruh di pasaran internasional.
Kesulitan pihak pabrik mendapatkan TBS ini membuktikan kalau saat ini sedang terjadi musim trek yang sangat parah.
Biasanya saat produksi normal, TBS yang dihasilkan di Bengkulu mampu memenuhi kebutuhan bahan baku seluruh pabrik.
“Ini memang masa trek terpanjang dan terparah sejak operasional kami. Sebab, di tahun ini ada dua masa trek yang terjadi,” papar Sofjan.
Sementara itu, walaupun TBS sulit didapat namun harga beli TBS di tingkat PKS tetap staknan.
HRD PT.SBS Rikson Jayadi menyebut harga beli diangka Rp1920 per kilogram harga ini tergolong stagnan sejak sebulan lalu. Masih rendahnya harga beli ini karena pengaruh CPO dunia yang tidak kunjung naik.