Duh! Stunting di Bengkulu Selatan Tembus 25.1 Persen
Wagub Bengkulu H. Rosjonsyah selaku Ketua TPPS Provinsi Bengkulu melakukan kunjungan kerja ke BS dalam rangka pendampingan penurunan stunting-wawan suryadi-raselnews.com
BENGKULU SELATAN, RASELNEWS.COM - Angka stunting di Provinsi Bengkulu masih cukup tinggi. Bahkan di Bengkulu Selatan tercatat 25,1 persen, lebih tinggi dari Seluma yang hanya 20,8 persen.
Untuk itu, Wagub Bengkulu H. Rosjonsyah MM selaku Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Provinsi Bengkulu mengajak semua stakeholder, terutama OPD teknis untuk proaktif melakukan penanganan penurunan stunting di BS.
BACA JUGA:Kajari Bengkulu Selatan Kepada Kades: Setiap Uang Keluar Harus Ada SPJ
“Data kasus stunting di Bengkulu Selatan ini tergolong cukup tinggi. Untuk itu saya berharap semua pihak proaktif melakukan penanganan bersama. Terutama tim, kembali melakukan pendataan pelaporan yang akurat terkait data tersebut,” tegas Rosjonysah saat melakukan kunjungan kerja ke BS terkait pendampingan stunting di aula Bappeda-Litbang BS.
Disampaikan Rosjonsyah, kegiatan pendampingan ini merupakan implementasi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.
BACA JUGA:Buang Sampah Sembarangan Dipenjara 3 Bulan atau Denda Rp5 Juta
Pihaknya optimis dapat menekan prevalensi stunting, hingga angka lebih kecil dari sekarang.
“Kita optimis dapat menekan prevalensi stunting di Bengkulu Selatan. Tentu ini harus mendapat dukungan dari semua eleman, terutama OPD terkait,” ajak Wagub.
Sementara itu, Wabup BS H. Rifai Tajuddin selaku Ketua TPPS BS mengaku berbagai upaya penurunan stunting telah dilakukan.
Keberadaan tim yang sudah dibentuk akan dimaksimalkan sampai tingkat bawah, Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang ada di desa.
BACA JUGA:Kebakaran Sekretariat Pendamping Desa di Bengkulu Selatan Bakal ke Pengadilan
Terutama untuk melakukan pendampingan sejak awal dari adanya calon pasangan pengantin di setiap wilayah masing-masing. Pendampingan sejak dini diharapkan dapat menekan kasus stunting.
Karena itu penanganan harus dilakukan secara konvergensi atau pendekatan penyampaian intervensi, secara terkoordinir, yang terintegrasi, bersama-sama lintas sektor dalam pencegahan stunting pada sasaran prioritas.
Sasaran prioritas dalam pencegahan stunting yakni keluarga berpotensi berisiko stunting. Mulai dari remaja calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, keluarga baduta dan balita dengan pendekatan peran spesifik maupun sensitif.
BACA JUGA:Mau Dihibahkan Sertifikat Lahan Hilang
“Kami terus berupaya melakukan pencegahan stunting sejak dini. Dengan mengaktifkan pendampingan calon pengantin, pra hamil, hingga menyukseskan program dapur sehat atasi stunting Dashat yang saat menyasar keluarga di kampung keluarga berkualitas dengan melibatkan semua pihak,” beber Rifai.
Dengan dibentuknya Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) mulai dari tingkat provinsi hingga desa-kelurahan, menjadi tindak lanjut dari Perpres 72/2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.
BACA JUGA:BREAKING NEWS: Pelajar Kaur Diamuk Massa, Satu Melarikan Diri
“Beberapa lokus penanganan stunting juga harus diprioritaskan. Di samping upaya antisipasi stunting sejak calon pengantin,” pungkas Wabup. (one)
Sumber: