Derita Petani Sawit, Musim Trek Sudah Berlalu, Harga TBS Sawit Tak Kunjung Naik

Derita Petani Sawit, Musim Trek Sudah Berlalu, Harga TBS Sawit Tak Kunjung Naik

Aktivitas pembelian TBS Kelapa Sawit -rezan oktowesa-raselnews.com

BENGKULU SELATAN, RASELNEWS.COM – Derita petani kelapa sawit di Kabupaten Bengkulu Selatan belum juga usai.

Walaupun masa trek (musim ketika pohon kelapa sawit kurang berbuah) sudah berlalu, tetapi harga jual Tandan Buah Segar (TBS) sawit di daerah ini tak kunjung naik.

Pengepul membeli TBS sawit petani seharga Rp 1.200 perkilogram. Harga itu masih harus dikurangi biaya transportasi.

BACA JUGA:Kasus Pencabulan Keponakan, Dikira Nenek Tidur di Samping, Ternyata Lelaki Berjenggot dan Berkumis

BACA JUGA:Beli LPG 3 Kg Wajib Pakai Barcode, Apakah Nama Anda Sudah Terdaftar? Jika Belum Berikut Cara Daftarnya

Untuk kebun kelapa sawit yang berlokasi di daerah akses lancar mobil masuk, biasanya biaya angkut Rp 200 perkilogram.

Jika kebun berada di medan sulit dan membutuhkan kendaraan khusus untuk mengangkut TBS sawit, maka petani harus mengeluarkan biaya transportasi hingga Rp 400 perkilogram.

Belum lagi biaya pemeliharan meliputi pembersihan kebun dan pemupukan.

BACA JUGA:INI DIA! Kunci Jawaban Tebak Kata Shopee Tantangan Harian Kamis 11 Mei 2023

BACA JUGA:Curang! 3 Peserta SNBT 2023 di UNIB Diserahkan ke Polisi, Begini Modusnya

Jika harga Rp 1.200 perkilogram seperti saat ini, petani hanya mendapatkan harga bersih kisaran Rp 500 rupiah perkilogram setelah dikurangi biaya transportasi dan pemeliharaan kebun.

“Sudah sebulan terakhir hasil panen sawit mulai membaik. Calon buah baru juga sudah bermunculan, tapi harga TBS sawit ini belum juga naik,” kata Harmin Hayadi (43), petani sawit di Kecamatan Pino Raya, (10/5/2023).

BACA JUGA:Suami Impotensi Bolehkah Istri Minta Cerai ? Ulama Berbeda Pendapat

BACA JUGA:Aktif Dorong Bisnis KPR, Bank Mandiri Kolaborasi dengan Agung Podomoro

Petani lainnya, Ujang Iman (46), berharap harga TBS sawit minimal Rp1.500 per kilogram.

Agar petani bisa mendapatkan hasil memadai.

Pasalnya untuk merawat satu hektar lahan kelapa sawit, membutuhkan Rp 5 juta per semester.

Mulai dari pembelian pupuk Rp 3,5 juta, penyemprotan rumput Rp1 juta, upah orang yang menymprot Rp 300 ribu ditambah biaya biaya lainnya.

BACA JUGA:Rektor Unihaz Dilaporkan ke Kejati Bengkulu dengan Sangkaan Korupsi, Dosen Fakultas Hukum Ini Dipecat

BACA JUGA:Hary Tanoe Perkenalan Ustaz Yusur Mansyur Sebagai Caleg Perindo, Nitizen: Uangnya Dari Manaaa?

Terpisah, Manajemen Ramp Sawit Muharram, Juliko Akdel Putra (33), mengaku pihak pabrik CPO memperketat aturan penerimaan TBS sawit.

“Mereka hanya menerima TBS kelapa sawit grad A saja. Sedangkan harga tidak ada perubahan. Harusnya kalau mau buah yang bagus, harganya juga lebih tinggi,” ujarnya.

BACA JUGA:Realisasi DD Karang Anyar Diprotes Warga

BACA JUGA:Rekonstruksi Kasus Pembunuhan di Mapolres Bengkulu Selatan, Korban Dikeroyok 7 Orang, Hingga Meninggal Dunia

Ditambah, para pengepul kelapa sawit juga harus mengeluarkan biaya operasional angkut dan pajak DO (delivery order) yang wajib dibayar.

Jika membeli di atas Rp1.200 perkilogram, Juliko menyebut mereka akan mengalami kerugian.

Sebelumnya Anggota DPRD Bengkulu Selatan, Riko Ferdiansyah, SP mempertanyakan penyebab harga beli tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Bengkulu Selatan paling rendah dibanding harga di daerah lain.

BACA JUGA:Sering Kentut Tapi Susah BAB, Bisa Sebabkan Kematian? Ternyata Ini Sebab dan Cara Mengatasinya

BACA JUGA:Mau Buka Usaha Indomeret Tapi Masih Bingung? Ternyata Cuma Segini Modalnya dan Ini Syarat Lengkapnya

Selisih harga TBS sawit di pabrik yang ada di Bengkulu Selatan dengan harga di pabrik daerah lain mencapai Rp 200 sampai Rp 250 per kilogram.

“Saya heran kenapa harga TBS sawit di pabrik di daerah kita (Bengkulu Selatan) paling rendah dibanding daerah lain,” kata Riko.

Sumber: petani sawit