Aceh Daerah Berjuluk Serambi Mekah, Apakah Benar Julukan Itu Dari Syekh Hamzah Fansuri?
Makam Syekh Hamzah Fansuri-istimewa-raselnews.com
BACA JUGA:Raup 52 Persen Suara, Erdogan Kembali Pimpin Turki Ketiga Kalinya
BACA JUGA:Mumi Putri Duyung di Jepang yang Disembah Puluhan Tahun Ternyata Hasil Karya Manusia
Karya-karya sufistik Syekh Hamzah Fansuri diyakini mempengaruhi para cendekiawan Melayu dalam membangun dan mengembangkan bahasa Melayu sebagai bahasa seni budaya, bahasa ilmu pengetahuan, dan bahasa internasional di dunia Timur.
Tulisan-tulisannya secara eksplisit dan signifikan menggambarkan tasawuf klasik, dikemas dalam bahasa Melayu, seperti 'Asrarul Arifin Fi Bayani Ilmis Suluk wat-Tauhid', 'Syaraabul Asyiqin', dan 'Al-Muntahi'.
BACA JUGA:Viral, Detik-detik Putri Duyung Berhijab Menampak Diri
BACA JUGA:Benar Benar Sakti, Disumpah Si Pahit Lidah, Air Sungai Numan yang Manis Jadi Tawar
Melalui karya-karyanya, Syekh Hamzah Fansuri juga menyumbangkan perbendaharaan kata dalam bahasa Melayu, serta melakukan pembaharuan dalam bidang logika dan ilmu bahasa.
Syekh Hamzah Fansuri dikabarkan telah melakukan perjalanan mencari ma'rifat ke berbagai tempat, termasuk Kudus, Banten, Siam, Semenanjung Melayu, India, Persia, dan Tanah Arab.
BACA JUGA:Gila, Di Jepang Ada Pulau Penuh Kucing, Jumlahnya Jauh Lebih Banyak Dari Jumlah Manusia
Dengan kemahirannya dalam berbahasa Melayu, Urdu, Persia, dan Arab, ia dengan mudah menguasai berbagai buku tasawuf dari sufi-sufi terkemuka.
Kedudukan Syekh Hamzah Fansuri sangat penting karena ia adalah penyair pertama yang menulis syair dalam bahasa Melayu empat abad yang lalu.
BACA JUGA:4 Wanita Dijamin Penghuni Surga, Salah Satunya Istri Raja Mengaku Tuhan
Kontribusinya yang besar terhadap bahasa Melayu merupakan dasar awal bagi pengakuan bahasa Melayu sebagai bahasa keempat di dunia Islam setelah bahasa Arab, Persia, dan Turki Utsmani.
Syekh Hamzah Fansuri mendapatkan banyak ilmu di Zawiyah/Dayah Blang Pria Samudera/Pasai, sebuah pusat pendidikan tinggi Islam yang dipimpin oleh ulama besar dari Persia, yaitu Syekh Al-Fansuri, yang merupakan nenek moyangnya.
BACA JUGA:Masya Allah...Inilah Manusia Pertama Kali Masuk Surga, Berikut Ciri-cirinya
BACA JUGA:Indonesia Vs Argentina, Lionel Messi Diprediksi Akan Kewalahan, Ternyata Ini Sebabnya
Selanjutnya, Hamzah Fansuri mendirikan Pusat Pendidikan Islam di pantai Barat Tanah Aceh, yaitu Dayah Oboh di Simpang kiri Rundeng, Aceh Singkil.
Kedalaman ilmu yang dimilikinya mengangkatnya ke posisi yang tinggi dalam dunia sastra Nusantara.
Seperti seorang penyair sufi, sajak-sajak Hamzah Fansuri penuh dengan rindu-dendam dan ekspresi cinta kepada kekasihnya, yaitu Allah Yang Maha Esa.
BACA JUGA:Sakti Mandraguna, Tiga Aliran Silat Bengkulu, Ternyata Warisan Si Pahit Lidah
BACA JUGA:Masya Allah! Doa Pendek Dalam Shalat Ini Membuat Puluhan Malaikat Berebut Mencatatnya
Rindunya terhadap Sang Khaliq menjadikannya sebagai Insan Kamil, di mana tidak ada lagi batasan antara dirinya dan Sang Khaliq, karena jiwanya telah menyatu dengan kekasih yang dirindukannya, sebagaimana terdapat dalam makna implisit dalam hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Thabrani:
"Hambaku selalu mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika demikian, Aku menjadi pendengarannya yang digunakan untuk mendengar, penglihatannya yang digunakan untuk melihat, lisannya yang digunakan untuk berbicara, dan hatinya yang digunakan untuk berpikir".
BACA JUGA:Kabar Baik, Gaji 13 PNS dan Pensiunan Mulai Dibayar 5 Juni
Sumber: