Mitos Jarik Motif Parang Rusak Saat Pernikahan: Kemiskinan Hingga Pertengkaran

Mitos Jarik Motif Parang Rusak Saat Pernikahan: Kemiskinan Hingga Pertengkaran

Mitos Jarik Motif Parang Rusak Saat Pernikahan: Kemiskinan Hingga Pertengkaran-istimewa-raselnews.com

5. Jauh dari Keberuntungan

Jauh dari keberuntungan menjadi salah satu alasan mengapa jarik motif parang yang rusak digunakan para pengantin.

Hal ini dapat mempengaruhi keberuntungan dan kesuksesan pengantin dalam hidup mereka yang baru

6. Kesialan dan Pertengkaran

BACA JUGA:Mitos atau Fakta? Berikut 10 Larangan Ibu Hamil dalam Kepercayaan Jawa dan Risiko Bila Dilanggar

Jarik motif parang yang rusak juga dianggap sebagai simbol kesialan dan pertengkaran dalam pernikahan.

Hal ini bertolak belakang dari harapan dan doa dari sebuah pernikahan yang bahagia dan damai.

7. Tanda Ketidakpercayaan:

Penggunaan jarik motif parang yang rusak juga dianggap sebagai tanda ketidakpercayaan antara pasangan pengantin.

Hal ini tentuanya bisa merusak hubungan mereka sebelum pernikahan mereka benar-benar dimulai.

Sementara itu, makna motif batik parang rusak adalah pengendalian diri dalam dinamika usaha yang terus-menerus, kebijaksanaan dalam gerak, dan kehati-hatian dalam bertindak.

BACA JUGA:Para Jomblo Wajib Baca, Kucing Hitam Dapat Mendatangkan Cinta? Berikut Fakta Dan Mitos Tentang Kucing Hitam

Saat ini motif batik larangan di Keraton Yogyakarta diantaranya Parang Rusak Barong, Parang Rusak Gendreh, Parang Klithik, Semen Gedhe Sawat Gurdha, Semen Gedhe Sawat Lar, Udan Liris, Rujak Senthe, Parang-parangan, Cemukiran, Kawung, dan Huk.

Motif batik tersebut hanya boleh dipakai oleh keluarga kerajaan. Seperti di Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, dan Puro Pakualaman Yogyakarta, motif batik parang atau lereng adalah motif batik terlarang di Puro Mangkunegaran. (red)

Sumber: