BENGKULU SELATAN, RASELNEWS.COM – Membahas tentang ulama Nusantara, kebanyakan umat islam hanya terfokus pada Sembilan Wali atau Wali Songo di Jawa.
Padahal ada beberapa ulama besar di Nusantara ini yang berasal dari luar pulau Jawa.
Salah satunya adalah Syekh Hamzah Fansuri dari Aceh Darussalam Provinsi Aceh.
BACA JUGA:Dinas Pendidikan Buka Posko Pengaduan PPDB, Novianto: Ada Permainan Laporkan!
Bahkan kabarnya salah seorang Wali Songo yakni Sunan Gunung Jati atau Syekh Nurullah pernah menjadi muridnya.
Syekh Hamzah Fansuri menyebarkan ajaran agama secara kaffah meski tanpa bantuan iklan seperti yang dilakukan para ulama kekinian.
Beliau menjadi salah satu dari banyak ulama hebat yang tersohor di Nusantara berkat pemikiran dan karya-karyanya dalam menyebarkan agama Islam.
BACA JUGA:TRC Cinta BS Evakuasi ODGJ Berkeliaran, Dua Orang Belum Dievakuasi Ternyata Ini Sebabnya
BACA JUGA:Sidang Kasus Korupsi di BAZNAS Bengkulu Selatan, Terdakwa Sebut Nama Mantan Ketua, Ini Kata Mudin Gumay
Syekh Hamzah Fansuri lahir dan besar di kota Barus, Provinsi Aceh, sekitar pertengahan abad ke-15.
Ulama Nusantara ini satu ini diperkirakan wafat pada tahun 1527 Masehi.
Syekh Hamzah Fansuri adalah seorang sufi, sastrawan, pujangga, yang menjadi guru agama di daerah asalnya.
BACA JUGA:Gawat, BMKG Deteksi 13 Titik Panas Level Tinggi di Bengkulu, Rawan Karhutla dan Kekeringan
Sebagai seorang sufi, pemikiran-pemikiran Syekh Hamzah Fansuri telah banyak menginspirasi perkembangan Islam Nusantara, terutama di daerah Aceh.
Dalam Biografi Ulama Nusantara (hal. 16), menyebutkan tradisi pesantren di Nusantara banyak dipengaruhi oleh pemikiran Syekh Hamzah Fansuri.
BACA JUGA:Raup 52 Persen Suara, Erdogan Kembali Pimpin Turki Ketiga Kalinya
BACA JUGA:Mumi Putri Duyung di Jepang yang Disembah Puluhan Tahun Ternyata Hasil Karya Manusia
Aytas dasar itulah Syekh Hamzah Fansuri juga disebut sebagai pendiri pesantren di Nusantara.
Syekh Hamzah Fansuri juga menjadi generasi pemula puisi Indonesia, salah satu karyanya yang terkenal adalah puisi sufi dalam bahasa Melayu –Indonesia.
Meski para ahli sejarah belum menemukan satu manuskrip pun mengenai sejarah kehidupannya, sebuah hasil kajian Bargansky mengungkapkan, ulama sufi ini diperkirakan hidup hingga akhir periode pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607 – 1636 M), di Kesultanan Aceh.
BACA JUGA:Viral, Detik-detik Putri Duyung Berhijab Menampak Diri
BACA JUGA:Benar Benar Sakti, Disumpah Si Pahit Lidah, Air Sungai Numan yang Manis Jadi Tawar
Syekh Hamzah Fansuri juga dikenal sebagai ulama sufi dan sastrawan pada abad ke-16.
Ia dikenal sebagai penulis pertama yang menulis tentang ide-ide panteisme dalam bahasa Melayu.
Selain itu, Fansuri juga senang menulis puisi, sehingga ia juga dianggap sebagai penyair pertama yang dikenal di dunia Melayu.
BACA JUGA:Gila, Di Jepang Ada Pulau Penuh Kucing, Jumlahnya Jauh Lebih Banyak Dari Jumlah Manusia
Walaupun riwayat perjalanan ulama Nusantara Hamzah Fansuri tercatat rapih, tetapi jika membahas soal makamnya ada dua versi mengemuka.
Versi pertama makamnya berada di Desa Oboh, Kecamatan Runding, Kota Subulussalam Provinsi Aceh.
Lokasinya berjarak sekitar 14 kilometer dari Kota Subulussalam, Aceh Selatan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sidikalang, Sumatera Utara, atau sekitar tujuh jam perjalanan darat dari Medan.
BACA JUGA:4 Wanita Dijamin Penghuni Surga, Salah Satunya Istri Raja Mengaku Tuhan
Makam satunya lagi berada di Desa Ujung Pancu, Kecamatan Pekan Bada, Kabupaten Aceh Besar.
Anehnya, berdasarkan cerita yang disampaikan secara turun temurun, Syekh Hamzah Fansuri pernah tinggal di kedua tempat itu, dan meninggalnya pun di klaim berada di kedua tempat itu pula.
Selain dua pendapat itu, ada juga pendapat lain yang menyebut jika makam Syekh Hamzah Fansuri berada di Langkawi, Malaysia.
Ada juga yang menyebut, makam Syekh Hamzah Fansuri berada di Makkah. (red)