Pendidikan Inklusi dalam Perspektif Islam: Merangkul Keberagaman dan Keadilan

Pendidikan Inklusi dalam Perspektif Islam: Merangkul Keberagaman dan Keadilan

Pendidikan Inklusi dalam Perspektif Islam -istimewa-

Pendidikan inklusi dalam perspektif Islam juga menekankan pentingnya mendukung dan memfasilitasi individu dengan kebutuhan khusus. Islam mengajarkan bahwa kita semua memiliki tanggung jawab untuk membantu dan memberikan perhatian kepada mereka yang membutuhkan.

Oleh karena itu, pendidikan inklusi dalam perspektif Islam berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang ramah, yang mampu menyediakan dukungan dan bantuan yang dibutuhkan oleh individu dengan kebutuhan khusus agar mereka dapat belajar dan berkembang secara optimal (Maria et al, 2023). Menurut Sudjak (2018), dalam mengimplementasikan pendidikan inklusi dengan menerapkan perspektif Islam, penting untuk melibatkan seluruh komunitas pendidikan, termasuk guru, siswa, orang tua, dan pihak berkepentingan lainnya.

Kolaborasi dan kerjasama adalah kunci untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan adil, di mana semua individu dapat tumbuh dan berkembang bersama (Nopridarti, 2023). Dalam kesimpulannya, pendidikan inklusi dalam perspektif Islam adalah pendekatan yang merangkul keberagaman dan keadilan.

Dengan menghargai keberagaman dan memberikan kesempatan yang adil bagi semua individu, pendidikan inklusi dalam perspektif Islam dapat menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan berkeadilan. Dalam pandangan Islam, pendidikan inklusi adalah cermin dari nilai-nilai agama yang luhur, yang mendorong kita untuk saling menghormati, merawat satu sama lain, dan menciptakan masyarakat yang lebih baik.

Menurut Trinurmi (2015), Secara umum, tugas dari sebuah pendidikan Islam adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal. Dalam hal ini, bersifat umum yang berarti semua peserta didik berhak mendapatkan bimbingan dan arahan untuk mencapai titik kemampuan optimal tanpa memandang status apapun.

Islam selalu mengajarkan agar manusia menjaga keseimbangan, baik keseimbangan dhohir maupun batin, keseimbangan dunia dan akhirat, sebagaimana termaktub dalam Qs. Al-Mulk ayat 3:
الَّذِىۡ خَلَقَ سَبۡعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًا‌ ؕ مَا تَرٰى فِىۡ خَلۡقِ الرَّحۡمٰنِ مِنۡ تَفٰوُتٍ‌ ؕ فَارۡجِعِ الۡبَصَرَۙ هَلۡ تَرٰى مِنۡ فُطُوۡرٍ
Artinya: “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang ulang! Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?

Dalam ayat ini dapat dipahami bahwa, Allah selalu menciptakan segala sesuatu dalam keadaan seimbang, tidak berat sebelah. Demikian halnya dalam penciptaan manusia. Manusia juga tercipta dalam keadaan seimbang. Dari keseimbangan penciptaannya, manusia diharapkan mampu menciptakan keseimbangan diri, lingkungan dan alam semesta.

Karena hanya manusia yang mampu melakukannya sebagai bentuk dari kekhalifahan manusia di muka bumi. Selain  itu,  Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin, merupakan agama yang mengakui perbedaan individu antara yang satu dengan yang lainnya sebagai sebuah  “rahmat”, dengan tujuan agar manusia saling mengenal dan saling memahami antara yang satu dengan yang lainnya, Rasulullah  SAW  juga mengatakan bahwa Allah tidak melihat bentuk fisik, harta seorang muslim, akan tetapi Allah melihat hati dan perbuatannya.

Berangkat dari hal tersebut di atas, dapat diketahui bahwa Allah menciptakan manusia berbeda satu sama lainnya agar saling berhubungan dalam rangka saling membutuhkan. Pendidikan inklusi merupakan ideologi yang lazim kita raih. Sehingga konsekuensi dari pandangan bahwa pendidikan inklusi itu sebagai ideologi dan cita-cita, bukan sebagai modal maka akan terjadi keragaman dalam implementasinya, antara daerah yang satu dengan daerah yang  lain, bahkan sekolah yang satu dengan sekolah yang lain.

Dengan demikian, berarti pendidikan inklusi adalah konsep pendidikan yang merangkul semua anak tanpa terkecuali. Pendidikan inklusi berasumsi bahwa belajar bersama adalah suatu cara yang lebih baik, yang dapat memberikan keuntungan bagi setiap orang, bukan hanya anak-anak yang diberikan label sebagai individu yang memiliki suatu perbedaan (**)



Daftar Rujukan
Baharun, H., & Awwaliyah, R. (2018). Pendidikan inklusi bagi anak berkebutuhan khusus dalam perspektif epistemologi Islam. MODELING: Jurnal Program Studi PGMI, 5(1), 57-71.

Imroatun, I., Hanifah, B. M., & Munawaroh, H. (2023). Kajian Analisis Strategi Belajar Pada Anak Berkebutuhan Khusus Jenjang Sekolah Dasar (SD). Awwaliyah: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 6(1), 36-41.

Junaidi, M. (2017). Pendidikan Multikultular Dan Pendidikan Inklusi Gender. Jurnal Pendidikan Islam, 7(2), 130-145.

Maftuhatin, L. (2016). Evaluasi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Kelas Inklusif di SD Plus Darul'ulum Jombang. Religi: Jurnal Studi Islam, 5(2), 201-227.

Maria, M., Purnomo, M. E., & Abdurrahmansyah, A. (2023). Implementasi Pendidikan Inklusi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Berkebutuhan Khusus di SMP Negeri 13 Palembang. Raudhah Proud To Be Professionals: Jurnal Tarbiyah Islamiyah, 8(1), 150-169.

Sumber: