Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia, Berawal Dari Empat Biji, Hingga Menjadi Tanaman Perkebunan Menggurita

Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia, Berawal Dari Empat Biji, Hingga Menjadi Tanaman Perkebunan Menggurita

hasil sawit di bengkulu susut hingga 70 persen akibat musim kemarau-istimewa-raselnews.com

BACA JUGA:BREAKING NEWS: Warga Desa Tanggo Raso Ditemukan Meninggal di Pantai

Kondisi perkebunan kelapa sawit yang dibangun Belanda di Palembang sama dengan perkebunan kelapa sawit yang dibangun di daerah Banten pada tahun 1895 .

Belanda memperkirakan cuaca di daerah Palembang dan Banten tidak cocok untuk tanaman kelapa sawit, yang menyebabkan perkebunan yang mereka bangun tidak berbuah maksimal.

BACA JUGA:Panas Ekstrem Dampak El Nino, Ketar Ketir Soal Cadangan Pangan Nasional, Mentan Siapkan 10 Jurus Andalan

BACA JUGA:Seleksi PPPK 2023! Tenaga Honorer Kategori Ini Tersenyum, Selamat Ya

Karena sudah beberapa kali mengalami uji coba perkebunan kelapa sawit di Indonesia, akhirnya pemerintah Hindia Belanda memberlakukan Undang Undang Agraria (Agrarisch Wet).

Pemberlakuan undang undang itu ternyata mampu mendatangkan perusahaan-perusahaan perkebunan asing datang ke Indonesia pada tahun 1870.

BACA JUGA:Kredit Perbankan di Bengkulu Tumbuh 5,18 Persen, Total Penyaluran Rp26,60 Triliun, Tiga Hal Ini Pemicunya

BACA JUGA:10 Tahun Lagi, Puluhan Ribu Hektar Sawit di Bengkulu Diprediksi Tak Lagi Produktif, Ini Penyebabnya

Undang Undang Agraria (Agrarisch Wet) memberikan konsesi berupa hak guna usaha atau hak erfpacht kepada para pemodal asing.

Pada tahun 1911 Adrien Hallet asal Belgia dan K. Schadt pertama kali mendirikan perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia, perusahaan itu diberi nama Sungai Liput Cultuur Maatschappij.

BACA JUGA:Ingat! Dokumen Penting Ini Jadi Syarat Mutlak Tenaga Honorer di Seleksi PPPK 2023

BACA JUGA:Jawaban Kode Voucher Badai Shopee Kamis 31 Agustus 2023, Klaim dan Dapatkan Diskon Belanja 100 Persen

Lokasi perkebunan kelapa sawitnya di Pantai Timur Sumatra (Deli) dan Sungai Liat, Aceh dengan total luas perkebunan 5.123 hektare.

Pada tahun yang sama juga muncul perusahaan perusahaan asing lain membangun perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet di Indonesia.

BACA JUGA:Kerjakan 3 Survei dari Website Penghasil Uang Ini dan Dapatkan Saldo DANA Gratis

BACA JUGA:Mau Uang Tanpa Bersusah Payah? Simak 5 Ide Bisnis untuk Kaum Pemalas

Meliputi Onderneming Soengei Lipoet, Onderneming Kuala Simpang, N.V Moord Sumatra Rubber Maatschappij, Onderneming Soengei Ijoe, Tanjung Suemanto', Batang Ara, dan Mopoli.

Pada tahun 1912 di daerah Aceh Timur ada 18 konsesi perkebunan karet dan kelapa sawit. Pada tahun 1923 jumlah perusahaan perkebunan di daerah itu terus bertambah hingga menjadi 20 perusahaan perkebunan.

BACA JUGA:Selain Biji Emas Melimpah dan Ladang Minyak, Bengkulu Juga Kaya Tanaman Herbal, Ini Buktinya

BACA JUGA:Ingat! Usia Minimal dan Maksimal Calon Pelamar CPNS dan PPPK 2023 Berbeda, Jangan Keliru

Rinciannya 12 perusahaan perkebunan karet dan tujuh perkebunan kelapa sawit dan satu perkebunan kelapa.

Organisasi perusahaan perkebunan bernama Algemene Vereneging voor Rubberpalnters ter Oostkus van Sumatera (AVROS), berdiri di Sumatra Utara dan Rantau Panjang, Kuala Selangor.

AVROS merupakan organisasi yang menaungi berbagai macam perusahaan perkebunan dengan didasari kepentingan yang sama, yakni menyikapi persoalan yang timbul, seperti kekurangan pekerja perkebunan, menjalin hubungan dengan sesama pengusaha dan komunikasi dengan pemerintah, dan permasalahan transportasi.

BACA JUGA:817 Guru Honorer di Bengkulu Selatan Terancam Tak Terima Insentif, Ketua PGRI: Dikbud Harus Peka

BACA JUGA:Di Sumatera Utara Masyarakatnya Paling Panjang Umur, Ada yang 74 Tahun Lebih, Ternyata Ini Rahasianya

AVROS kemudian mendirikan pusat penelitian perkebunan bernama Algemeene Proefstation der AVROS atau APA pada tanggal 26 September 1916.

Awalnya, APA didirikan untuk penelitian mengenai budidaya karet, namun berkembang meneliti juga kelapa sawit dan teh.

Kemudian Handle Vereeniging Amsterdam (HVA) juga mendirikan Balai Penelitian Sisal di Dolok Ilir dan berhasil menghasilkan varietas unggul jenis kelapa sawit Psifera.

BACA JUGA:BREAKING NEWS: Polisi Ungkap Penyebab 2 Tronton Terguling di Tebing Rambutan Kaur

BACA JUGA:Gawat! Warga Satu Desa di Bengkulu Terjangkit DBD, Ada Yang Satu Keluarga Terjangkit Semua, Ini Lokasinya

Sejak itu perkebunan kelapa sawit di Sumatera berkembang pesat. Ekspor kelapa sawit pertama kali dilakukan tahun 1919 yang berasal dari perkebunan kelapa sawit di Pesisir Timur Sumatra yang dibangun Adrien Hallet asal Belgia dan K. Schadt.

Pada tahun 1924, luas area perkebunan kelapa sawit di Indonesia meningkat dari 414 hektare menjadi 18.801 hektare. Di Jawa juga muncul pabrik-pabrik pengelolaan minyak kelapa sawit berskala kecil yang memproduksi sabun dan mentega.

Sumber: dikutip dari berbagai sumber