Dunia Terancam Krisis Pangan, Defisit Beras Kian Dalam, Indonesia?

Dunia Terancam Krisis Pangan, Defisit Beras Kian Dalam, Indonesia?

Dunia terancam krisis pangan, tampak stok beras indonesia sedang diangkut-istimewa-raselnews.com

BACA JUGA:BREAKING NEWS: Giliran Tambak Udang di Desa Bakal Makmur Disegel Pemkab Kaur

BACA JUGA:Pengusaha Tambak Udang Teratai Farm di Kaur Akui Belum Kantongi Izin Pembuangan Limbah

Krisis pangan masih merupakan ancaman serius pada tahun ini, terutama berkaitan dengan komoditas beras.

Dampak dari perang dan perubahan iklim terus mengganggu produksi dan distribusi pangan. Analis Fitch Solutions Charles Hart memperkirakan bahwa defisit antara produksi dan permintaan beras pada tahun 2023 akan terus meningkat.

Ini menjadi perhatian khusus mengingat bahwa sekitar 3,5 miliar penduduk, atau 90 persen populasi dunia, mengandalkan beras sebagai makanan pokok mereka, termasuk di Indonesia.

BACA JUGA:Truffle, Jamur Termahal di Dunia yang Mencegah Penuaan, 450 Gram Dibanderol Rp 31 Juta

BACA JUGA:Pulau Pisang, Surga Terpencil di Lampung, Salah Satu Tempat Wisata Paling Populer di Sumatera

Defisit pasokan beras mencapai 8,7 juta ton pada tahun 2022/2023, yang merupakan yang terbesar sejak tahun 2003/2004, ketika defisit mencapai 18,6 juta ton.

Indonesia, sebagai salah satu konsumen beras terbesar di dunia, akan merasakan dampaknya secara signifikan.

Kenaikan harga beras berpotensi meningkatkan inflasi, mengingat bobot beras dalam perhitungan inflasi cukup besar, yaitu 3,33 persen. Harga beras telah mengalami kenaikan sejak September 2022 dan masih tinggi hingga saat ini.

BACA JUGA:Ingat! Ini Perbedaan PPPK Umum dan Khusus dalam Seleksi CASN 2023, Jangan Keliru Ya!

BACA JUGA:BREAKING NEWS: Pemkab Kaur Segel Tambak Teratai Farm

Data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) menunjukkan bahwa harga beras telah mencapai Rp 13.400 per kg, yang merupakan level tertinggi yang pernah tercatat dalam sejarah PIHPSN.

FAO juga mencatat bahwa indeks harga beras terus naik. Ini menjadi perhatian, mengingat bahwa harga komoditas lain telah melandai sejak akhir tahun lalu.

Diprediksi bahwa harga beras akan tetap tinggi, berkisar sekitar US$ 17,30 per hundredweight (cwt), dan baru akan sedikit menurun menjadi US$ 14,50 per cwt tahun depan.

BACA JUGA:Tabel Angsuran KUR Super Mikro, KUR Mikro, KUR Kecil di BSI 2023, Tanpa Riba dan Syarat Mudah

BACA JUGA:Peluang Bisnis di Bengkulu Prospek Masa Depan, Bisa Mengalahkan Sawit, Ini Jenis Usahanya

Selain dampak perang, kekeringan parah yang melanda China dan India tahun ini juga akan menyebabkan penurunan produksi padi.

Negara-negara seperti Suriah, Turki, dan sejumlah negara di Afrika juga harus menanggung beban penurunan produksi beras.

Menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat (AS) atau USDA, produksi beras pada tahun ini diperkirakan mencapai 509,42 juta ton pada tahun 2023, turun sekitar 4,43 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya.

Penurunan terbesar terjadi di China, dengan penurunan produksi sebanyak 3 juta ton, diikuti oleh Pakistan dengan penurunan sebesar 2,73 juta ton.

BACA JUGA:Demi Perbaikan, Bappeda Kaur Gelar Rakor Bersama Tim SAKIP

BACA JUGA:Rencana Penggeledahan KPU Kaur Sudah Tercium, Kejari Periksa 5 Komisioner

Meskipun mengalami penurunan produksi, China tetap menjadi produsen beras terbesar di dunia dengan produksi sekitar 145 juta ton, diikuti oleh India dengan produksi sekitar 132 juta ton. Menurut USDA, Indonesia diperkirakan akan memproduksi sekitar 34 juta ton padi, turun sekitar 0,4 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat bahwa produksi padi di Indonesia cenderung mengalami penurunan dalam 10 tahun terakhir.

Tahun ini penurunan produksi padi di Indonesia diprediksi semakin besar dampak fenomena el nino dan musim kemarau. (red)

Sumber: dikutip dari berbagai sumber